Bisnis.com, JAKARTA – Union of European Football Associations (UEFA) merencanakan pembelaan yang "kuat" terhadap posisinya setelah Liga Super Eropa mengklaim bahwa badan pengatur sepak bola Eropa itu melanggar undang-undang persaingan Uni Eropa.
Pada Senin (31/5/2021), Pengadilan Eropa mengatakan telah menerima rujukan dari European Super League (ESL). Rujukan itu mengklaim UEFA dan Federation Internationale de Football Associatio (FIFA) bertindak secara tidak sah dalam mencoba memblokir Liga Super Eropa dan mengancam akan memberikan sanksi kepada klub yang masih terlibat dalam proyek tersebut.
UEFA mengatakan tetap "percaya diri" pada posisinya. "UEFA memperhatikan pengumuman oleh Pengadilan Eropa tentang rujukan dari pengadilan Madrid pada apa yang disebut Liga Super Eropa, terlepas dari penarikan sembilan klub anggota pendirinya. UEFA yakin dengan posisinya dan akan mempertahankannya dengan kuat."
Sebanyak 12 klub terbesar Eropa mengumumkan pada 18 April bahwa mereka telah membentuk kompetisi baru, dan dalam beberapa jam telah memberi tahu UEFA dan FIFA tentang langkah-langkah pencegahan yang telah diambil Liga Super Eropa—yang dipimpin Presiden Real Madrid Florentino Perez—untuk memblokir setiap tantangan terhadap gagasan mereka.
Namun, liga baru secara efektif runtuh dalam waktu 72 jam karena klub pendiri mundur satu per satu, dimulai dengan enam klub Liga Primer Inggris yang terlibat yakni Manchester City, Manchester United, Chelsea, Tottenham Hotspur, Arsenal, dan Liverpool.
Langkah mereka kemudian segera diikuti juara Serie A Italia Inter Milan dan juara La Liga Spanyol Atletico Madrid, serta kemudian runner-up Serie A AC Milan.
Sembilan klub yang mundur itu memasuki kesepakatan damai baru dengan UEFA pada 7 Mei, tetapi tiga yang belum meninggalkan Liga Super Eropa—Barcelona, Real Madrid, dan Juventus—menghadapi sanksi setelah proses disipliner dibuka pada 25 Mei.
Ketiganya mengeluarkan pernyataan bersama pada hari berikutnya, menggambarkan tindakan disipliner sebagai "tidak dapat dipahami" dan bahwa sepak bola menghadapi "kejatuhan yang tak terhindarkan" tanpa reformasi besar.