Bisnis.com, JAKARTA – Pengumuman Liga Super Eropa (European Super League/ESL) memecah penggemar dan pakar sepak bola di seluruh dunia dan tentu saja khususnya Benua Biru.
Sebanyak 12 klub pendiri Liga Super yang diumumkan pada Senin (19/4/2021) dengan pernyataan bersama.
Akan ada 20 klub yang berpartisipasi dengan 15 klub pendiri dan mekanisme kualifikasi untuk lima tim lainnya untuk lolos setiap tahun berdasarkan pencapaian di musim sebelumnya.
Pertandingan tengah pekan dengan semua klub yang berpartisipasi terus bersaing di liga nasional masing-masing, mempertahankan kalender pertandingan domestik tradisional, yang tetap menjadi inti dari permainan klub.
Turnamen akan dimulai pada Agustus 2021 dengan klub-klub yang berpartisipasi dalam dua grup yang terdiri dari 10 tim, memainkan pertandingan kandang dan tandang, dengan tiga teratas di setiap grup secara otomatis lolos ke perempat final.
Tim yang finis keempat dan kelima kemudian akan bersaing dalam play-off dua leg untuk posisi perempat final yang tersisa. Format sistem gugur dua babak akan digunakan untuk mencapai final pada akhir Mei, yang digelar sebagai pertandingan tunggal di tempat netral.
Pengumuman tersebut menyebabkan “gempa bumi” di dunia sepak bola dan setiap penggemar di seluruh dunia membahas masalah tersebut.
Mantan pemain Serie A dan Italia, Giuseppe Rossi, menyebut Liga Super sebagai 'banteng' yang akan "merusak permainan kami".
Legenda Manchester United Gary Neville juga mengkritik keras rencana tersebut: "Banyak yang mengira mereka bisa meraup 300 juta pound sterling lebih banyak setiap musim daripada tim lain dan kemudian kembali pada Sabtu dan bermain dengan keunggulan itu di Liga Primer," tulisnya di Twitter.
“Kurangi poin, denda berat, dan embargo transfer. Saya harap mereka belum membeli beberapa dari 14 klub lainnya [yang tidak bergabung ke ESL]."