Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sejarah Stadion Manahan, Diresmikan Presiden Soeharto, Jadi Lokasi Final Piala Dunia U-17

Final Piala Dunia U17 2023 rencananya akan digelar di Stadion Manahan, Surakarta, pada, Sabtu (2/12/2023) nanti.
Logo Piala Dunia U-17 di Indonesia
Logo Piala Dunia U-17 di Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Final Piala Dunia U17 2023 rencananya akan digelar di Stadion Manahan, Surakarta, pada, Sabtu (2/12/2023) nanti.

FIFA menunjuk langsung Stadion Manahan sebagai lokasi pertandingan final. Dikutip dari Antara, Ketua Umum PSSI, Erick Thohir mengatakan, Stadion Manahan ditunjuk sebagai tempat final Piala Dunia U-17 2023 karena sebelumnya memang sudah disiapkan untuk laga final Piala Dunia U-20 yang urung digelar di Indonesia.

“Sesuai pembicaraan dengan FIFA, Final Piala Dunia U-20 diadakan di Stadion Manahan. Jadi slot semifinal dan final diadakan di Stadion Manahan,” kata dia.

Secara sejarah, dikutip dari laman resmi Pemkot Solo, Stadion Manahan, diresmikan pada tanggal 21 Februari 1998 oleh Presiden Soeharto. Stadion ini memiliki sejarah panjang dalam perkembangannya. Salah satunya, Manahan merupakan stadion yang dipilih untuk menyelenggarakan event olahraga difabel terbesar di Asia Tenggara, yaitu ASEAN Para Games pada tahun 2011.

Catatan dan sejarah Stadion Manahan juga ada di buku Djokja Solo, Beeld van de Vostensteden, yang disusun oleh M.P van Bruggen dan R.S Wassing e.a, tahun 1998. Dahulu, lokasi tersebut berupa taman yang diapit Mangkubumen – Beatrixlaan (sekarang Jl. Adi Sucipto dan Jl. Mentri Soepomo). Lokasi tersebut milik bangsawan Mangkunegaran yang memang gemar memanah.

Seiring berkembangnya zaman, tempat pacuan kuda yang awalnya berada di Balapan di pindah ke area Manahan. Alasannya, Balapan akan digunakan sebagai stasiun oleh pemerintah kolonial Belanda, sedangkan Mangkunegaran juga punya ambisi memiliki tempat untuk olahraga dan rekreasi yang bisa menyaingi Taman Sriwedari milik Keraton Kasunanan.

Thomas Karsten, ditunjuk sebagai arsitek pengerjaan kawasan Manahan. Pria yang terkenal merancang sejumlah lokasi terkenal di Jawa Tengah, seperti Kota Lama Semarang hingga Pasar Gede ini, langsung menyadari potensi dari kawasan Manahan.

Jadilah kawasan Manahan yang modern dan nyaman dikeliling deretan pepohonan. Fungsi deretan pepohonan tersebut sebagai paru-paru kota serta daerah resapan air. Kawasan Manahan kemudian diresmikan tahun 1922 sebagai lapangan pacuan kuda.

Fungsi Manahan kemudian kembali berubah setelah kemerdekaan RI dan sempat beberapa tahun terbengkalai. Hingga akhirnya yayasan Tien Soeharto mengubahnya menjadi stadion sepak bola seperti yang dikenal saat ini, pada 1989 dan baru diresmikan pada 21 Februari 1998.

Stadion Manahan kemudian menjadi rumah bagi sejumlah kesebelasan seperti Pelita Solo dan Persijatim Solo FC yang merupakan tim “perantauan”, serta Persis Solo sebagai klub asli Solo.

Stadion Manahan dua kali menjalani renovasi yaitu pada 2008 dan 2018. Stadion Manahan saat ini berkapasitas 20.000 penonton dengan single seat.

Stadion Manahan juga menjadi langganan untuk menggelar berbagai kejuaraan, mulai dari puncak peringatan Hari Olahraga Nasional (HAORNAS) ke XVI tahun 1999, Pekan Olahraga Provinsi Jawa Tengah (Porprov Jateng)2009, semifinal dan final Liga Divisi Utama 2009/2010, ASEAN Para Games 2011, 2022, dan terkini tuan rumah Piala Dunia U-17 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Solopos
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper