Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Direktur Proliga Reginald Nelwan menyatakan pihaknya menargetkan penggunaan teknologi pendamping wasit berupa video challenge secara utuh mulai dilakukan pada musim pertandingan tahun 2024 mendatang.
Pernyataannya itu disampaikan Reginald sekaligus untuk menjawab pertanyaan para ofisial tim bola voli saat melakoni babak putaran pertama PLN Mobile Proliga 2023 pekan ketiga seri Palembang, Sumatera Selatan (19-22 Januari) terkait adanya Video Challenge.
Menurut Reginald, saat ditemui di Palembang, Senin, mahalnya ongkos pengoperasian teknologi tersebut menjadi alasan mengapa mereka baru dapat merealisasikannya secara utuh di setiap pertandingan pada Proliga musim tahun depan.
Dia menyebutkan, harga sewa per satu musim ditaksir setara dengan beban anggaran Proliga itu sendiri, atau bisa mencapai sekitar Rp6 miliar - Rp7 miliar.
Besaran nilai sewa tersebut, lanjutnya, belum termasuk operasional tim ahli yang bakal mengoperasikannya saat mereka didatangkan ke Indonesia.
Sebab diketahui teknologi berupa perangkat kamera dan komputerisasi dan operatornya itu miliki Federasi Bola Voli Asia (Asian Volleyball Confederation/ACV) yang berdomisili di Bangkok, Thailand.
“Kira-kira itu alasannya mengapa baru bisa digunakan utuh untuk setiap pertandingan pada Proliga tahun depan (2024),” kata dia.
Atas kondisi itu pihaknya berusaha menghadirkan perangkat video challenge pada babak empat besar Proliga 2023, yang bakal digelar di Gresik, Jawa Timur pada akhir bulan Februari.
Hal tersebut sebagaimana yang sudah mereka koordinasikan kepada 14 tim (delapan putra dan enam putri) jauh sebelum pertandingan putaran pertama dimulai, di Bandung, Jawa Barat pada awal Januari 2023.
“Ya, sebab kita tahu keberadaan video challenge ini cukup penting untuk lebih memastikan bola masuk/keluar tersentuh atau tidak. Kita pun paham wasit dan hakim garis ini juga memiliki kelemahan, bayangkan satu pertandingan mereka berdiri menjaga konsentrasi sampai 28 menit, siapa yang sanggup begitu. Sementara mereka harus melihat bola yang bergulir cepat, jadi kadang memang luput,” ujarnya.
Pelatih kepala tim bola voli putra Palembang Bank SumselBabel Youngtaek Lee menjadi salah satu pihak yang vokal menyoroti pentingnya keberadaan video challenge utuh di Proliga sebagai perhelatan bola voli profesional terbesar di Indonesia.
Pasalnya pria asal Negeri Gingseng itu merasa timnya dirugikan atas keputusan wasit saat berhadapan dengan tim Jakarta BNI 46 pada putaran pertama pekan ketiga PLN Mobile Proliga 2023 seri Palembang.
Pada pertandingan ke-43 putaran pertama yang berlangsung di venue PSCC, Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (22/1) malam itu, Palembang Bank SumselBabel kalah dari Jakarta BNI 46 dengan skor 3-1 (25-17, 25-21, 23-25, 25,23).
Young menilai semestinya pada pertandingan tersebut anak asuhnya mendapatkan beberapa poin krusial untuk mengejar ketertinggalan dari BNI 46, namun dianulir oleh wasit bola jatuh di sisi luar garis lapangan.
Adapun salah satunya melalui pukulan menyilang dari seorang hitter asing mereka, Salimou Souare, pada set keempat di poin 19-19 sama, dengan skor keseluruhan tertinggal 2-1.
Saat itu, Salimou melepaskan pukulan kencang ke arah sisi kanan pertahanan lawan, kemudian bola pun jatuh bebas melewati salah satu middle block Jakarta BNI 46. Namun wasit dan hakim garis menyatakannya keluar.
Sementara, Young dan para pemain Palembang Bank SumselBabel melayangkan protes sebab menganggap bola itu masuk / sah karena mengenai sisi dalam garis lapangan.
“Kami kurang puas dengan keputusan wasit malam ini. Saya tidak tahu (keputusan) itu disengaja atau tidak oleh tim wasit yang bertugas. Oleh ini lah kami sejak awal menyarankan setiap pertandingan mesti dilengkapi teknologi yang dapat membantu kerja wasit, seperti video challenge/VAR,” kata dia, saat konferensi pers seusai pertandingan.
Sebab, menurutnya, kondisi perdebatan dengan wasit terkait sah tidaknya bola yang bergulir, bukanlah kali pertama yang dialami oleh Palembang Bank SumselBabel. Bahkan sebagian besar tim yang bertanding pada putaran pertama Proliga 2023, juga pernah merasakan kekecewaan atas keputusan wasit.
“Semata untuk memastikan kebenaran sah tidaknya (sehingga tidak timbul perdebatan). Ini masukan. Bagaimana bisa sekelas Proliga ketinggalan. Di tempat asal saya (Korea Selatan) sudah lebih dulu ada. Percuma kami datangkan pemain hebat kalau kualitas pertandingan masih begini,” tandasnya