Bisnis.com, JAKARTA – Union of European Football Associations (UEFA) pada Rabu (24/2/20210 membuka penyelidikan disipliner setelah pemain AC Milan Zlatan Ibrahimovic menjadi sasaran tindakan rasial dalam pertandingan Liga Europa pekan lalu melawan Red Star di Beograd Serbia.
Media Serbia melaporkan bahwa pemain asal Swedia itu dihina oleh seseorang yang duduk di area VIP Stadion Red Star saat pertandingan itu pada 18 Februari.
Dalam pertandingan itu, Ibrahimovic memang berada di bangku cadangan, tetapi tidak diturunkan hingga pertandingan selesai dengan skor imbang 2–2.
Namun, sorotan kamera menangkap seorang suporter yang melontarkan ejekan terkait etnis Ibrahimovic yang berasal dari Bosnia.
"Seorang Inspektur Etika dan Disiplin telah ditunjuk hari ini untuk melakukan penyelidikan disipliner mengenai insiden yang terjadi selama pertandingan putaran 32 Liga Europa UEFA," demikian pernyataan badan sepak bola Eropa itu.
Red Star sendiri sudah mengeluarkan permintaan maaf kepada Ibrahimovic pekan lalu dan mengatakan mereka akan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk mengidentifikasi pelaku.
Baca Juga
Bisnis.com mencatat etnis Bosnia menjadi korban kebiadaban etnis Serbia pada Perang Yugoslavia yang berlangsung pada 1991 hingga 2001. saat itu tentara Serbia melakukan pembersihan etnis terhadap warga Bosnia, bahkan memerkosa, dan sebagian kemudian membunuh, para perempuan Bosnia.
Sebagian warga Bosnia, mayorias muslim, lalu bermigrasi ke sejumlah negara Eropa lain terutama Swiss. Sejumlah pemain Timnas Swiss kini etnis Bosnia-Kosovo-Macedonia yang lahir pada awal 1990-an di antaranya Haris Seferovic, Xherdan Shaqiri, Pajtim Kasami, Admir Mehmedi, dan Mario Gavranovic.
Namun, Ibrahimovic, yang berdarah campuran Bosnia dari ayah Sefik Ibrahimovic dan ibu Kroasia Jurka Gravic bukan bagian dari generasi yang pindah ke Swedia karena perang tersebut. Ibrahimovic lahir pada 3 Oktober 1981, sekitar 10 tahun sebelum perang paling mengerikan setelah Perang Dunia II itu terjadi.
Ibrahimovic sendiri dalam satu kesempatan mengaku bahwa dia mengikuti agama ibunya menjadi penganut Katolik yang taat, meski menegaskan bahwa "sepak bola merupakan agama tersendiri".