Bisnis.com, JAKARTA – Legenda sepak bola Diego Armando Maradona meninggal dunia dalam usia 60 tahun di Buenos Aires, Argentina, pada Rabu (25/11/2020) waktu setempat.
Maradona membawa Argentina sebagai juara Piala Dunia 1986 di Meksiko dan menjadi runner-up 4 tahun kemudian pada perhelatan serupa di Italia, dikalahkan Jerman di final dengan skor tipis 0-1 akibat gol penalti Andreas Brehme 4 menit menjelang laga usai.
Pada 1978 Argentina meraih gelar juara dunia pertamanya ketika bertindak sebagai tuan rumah, di final menaklukkan Belanda 3-1 melalui perpanjangan waktu.
Maradona yang saat itu berusia 17 tahun tak dimasukkan ke dalam skuad oleh pelatih Cesar Luis Menotti, karena dianggap belum memiliki emosi yang stabil meski skill-nya sudah diakui mumpuni.
Setahun kemudian di Jepang, Maradona benar-benar menunjukkan kehebatannya untuk tampil sebagai juara Piala Dunia U-20 edisi kedua.
Satu catatan penting bagi Indonesia, Timnas Garuda Muda ketika itu tampil di ajang tersebut, meski hanya sebagai tim pengganti, sayangnya hasilnya sangat memalukan dan memilukan, kemasukan 16 gol tanpa mencetak satu gol pun.
Indonesia menjadi kontestan Piala Dunia U-20 di Jepang setelah di Piala Asia Junior 1978 di Bangladesh finis sebagai perempatfinalis dan tim-tim yang berada di posisi lebih tinggi (Irak, Kuwait, Korea Utara) ataupun yang juga terhenti di 8 besar (Bahrain, Arab Saudi, Iran) menolak menggantikan Irak—sebagai runner-up di bawah Korea Selatan—karena sponsor Piala Dunia U-20 adalah Coca Cola.
Coca Cola merupakan perusahaan Amerika Serikat dan ketika itu AS sedang menjadi musuh bersama Timur Tengah dan Korut akibat kebijakan yang membela Israel dalam perselisihan dengan Palestina.
Indonesia berada di Grup B bersama Argentina, Polandia, dan Yugoslavia. Argentina dengan Maradona-nya menghancurkan Didik Darmadi dan kawan-kawan lima gol tanpa balas di Omiya dengan Maradona mencetak dua gol ke gawang yang dikawal kiper Endang Tirtana. Tiga gol lainnya dicetak Ramon Diaz.
Penderitaan Indonesia makin lengkap setelah dalam dua pertandingan berikutnya menyerah 0–6 dari Polandia dan 0–5 dari Yugoslavia. Alhasil, ketika itu Indonesia menyandang rekor buruk sebagai tim paling banyak kemasukan di Piala Dunia U-20 sampai pada edisi 2009 Tahiti menggantikan rekor tak elok itu dengan kemasukan 21 gol tanpa mencetak gol.