Bisnis.com, JAKARTA - Portugal begitu bergantung pada Cristiano Ronaldo dan kesulitan menggantikan para pemain senior, tapi kini dengan bersandar pada kepemimpinan pelatih Fernando Santos, mereka mampu menghadirkan ancaman di Piala Eropa (Euro) 2016 di Prancis pada 10 Juni-10 Juli.
Semifinalis Euro 4 tahun silam Portugal harus tersingkir di putaran pertama pada Piala Dunia 2014 dan diikuti dengan kekalahan saat menjamu Albania pada pertandingan pertama kualifikasi untuk Piala Eropa 2016.
Pelatih Paulo Bento, yang menolak untuk menggantikan para pemain senior Portugal, dipecat dan digantikan oleh Fernando Santos, yang memberi dampak instan ketika Portugal mengukir tujuh kemenangan beruntun di kualifikasi Piala Eropa, semuanya melalui marjin satu gol, untuk membawa mereka melaju dengan selamat ke Prancis.
Santos mendapati bahwa proses pembangunan ulang merupakan hal yang sulit seperti yang dialami pendahulunya, dan ia juga kembali mengandalkan para pemain berpengalaman, bahkan memanggil kembali bek tengah veteran Ricardo Carvalho, yang akan berusia 38 tahun saat kompetisi di Prancis dimulai. Setidaknya ada kemauan untuk memberi kesempatan kepada generasi baru.
Lebih dari 50 pemain telah dipanggil di bawah asuhan Santos, yang memberi 17 dari mereka pengalaman debut internasional dan memainkan total 33 pemain selama kualifikasi.
Keteguhannya untuk bereksperimen terbayar lunas, di mana muncul pemain-pemain menjanjikan dalam diri seperti pemain sayap Bernardo Silva dan dua gelandang William Carvalho dan Joao Mario.
Kemungkinan yang paling menggembirakan dari semuanya adalah Renato Sanches, 18 tahun, yang direkrut Bayern Munchen dari Benfica beberapa bulan sebelum melakukan debut internasionalnya.
Kegagalan terbesar Portugal adalah ketidak-mampuan mereka untuk mengonversi banyak peluang menjadi gol, di mana mantan pemain sayap Manchester United Nani, yang tetap menjadi pilihan reguler di level internasional, menjadi salah satu terdakwa utama.
Bagaimanapun, pada akhirnya, semuanya masih berputar mengelilingi Ronaldo, yang kerap dikritik karena gagal mereproduksi penampilan terbaiknya untuk Portugal meski ia merupakan pencetak gol terbanyak mereka.