Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jika Resmi Tangani MU, 8 Misi Berat Ini Harus Dituntaskan Mourinho

Jose Mourinho tinggal menunggu diumumkan untuk menjadi pelatih baru Manchester United, menggantikan Louis van Gaal yang sudah dipecat.
Jose Mourinho/Reuters
Jose Mourinho/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Jose Mourinho tinggal menunggu diumumkan untuk menjadi pelatih baru Manchester United, menggantikan Louis van Gaal yang sudah dipecat. Di Old Trafford tantangan besar akan menanti pelatih berjulukan The Special One itu. Berikut antara lain tugas penting yang harus dilakukannya:

1. Menyegarkan Skuad

Siapakah pemain baru yang akan dibawa Mourinho ke Old Trafford? Hal itu akan menjadi tugas yang merepotkan bagi Mou. Masalahnya, pada saat bersamaan, Guardiola di City dan Antonio Conte di Chelsea juga melakukan hal serupa.  

Yang jelas, sektor belakang menjadi prioritas utama. Penampilan Chris Smalling, yang menjadi pilar lini belakang United, tidak konsisten. Sudah lama ia ingin menggunakan jasa John Stones, bek Everton, serta Raphael Varane, yang dibawanya ke Bernabeu pada 2011. 

Pada sektor depan, ia membutuhkan pemain hebat semacam Zlatan Ibrahimovic dan Pierre-Emerick Aubameyang (Dortmund). Mou harus bergerak cepat. Bahkan, menurut media di Inggris, ia sudah mempersiapkan pemain-pemain yang akan diboyong ke Old Trafford jauh sebelum ia resmi menjadi manajer.  

Namun Mou juga harus membuang pemain yang sudah ada. Memphis Depay, yang dibeli dari PSV Eindhoven musim lalu dengan harga 19 juta poundsterling, adalah salah satunya.  

Pemain-pemain lainnya yang terancam adalah Phil Jones, yang lebih banyak berkutat dengan cedera. Adapun untuk pemain semacam Marcos Rojo, Ashley Young, Morgan Schneiderlin, dan Ander Herrera, Mou menganggap ada pemain lain yang lebih bagus ketimbang mereka.

Dua gelandang, Bastian Schweinsteiger, 31 tahun, dan Michael Carrick, 35 tahun, justru akan dipertahankan. Keduanya bisa dipakai sebagai pemain pengganti.  
 
2. Masa Depan Juan Mata dan David De Gea
 
Juan Mata dijual Mourinho ke Manchester United pada 2014 dengan harga tidak murah, yakni 37 juta pound. Ia dianggap kurang cocok dengan filosofi permainannya. Di lapangan, pergerakan Mata dianggap kurang cepat. 

Namun, dengan perannya pada musim ini, yang banyak disukai pendukung MU, ditambah masa transisinya yang masih berlangsung, Mata sepertinya akan disimpan sampai ada pemain pengganti yang tepat.  

Sebaliknya, Mourinho harus pintar menahan David De Gea, yang pada musim lalu hampir saja bergabung dengan Real Madrid. 

3. Saatnya Melirik Pemain Muda 

United merupakan klub yang punya tradisi mengorbitkan pemain muda didikan akademinya. Kesuksesan dalam hal ini sudah terbukti. "Busby Babes" pada 1950-an dan "The Class Of 1992", yang menghasilkan Ryan Giggs, Paul Scholes, Gary dan Phil Neville, David Beckham, serta Nicky Butt, merupakan bukti nyata.

Sebaliknya, Mourinho dikenal akan reputasinya yang lebih suka memakai pemain yang sudah jadi. Di Chelsea, ia membuang pemain muda Belgia, Romelu Lukaku dan Kevin de Bruyne. Setelah keluar dari Chelsea, mereka malah bersinar.  

Saatnya Mourinho bernegosiasi dengan tradisi di Old Trafford. Ia tidak bisa lagi menoleh dari pemain-pemain muda yang diorbitkan Louis van Gaal. Ia harus memberi kesempatan kepada Marcus Rashford, 18 tahun, Antony Martial, 20 tahun, Jesse Lingard (pencetak gol kemenangan di final Piala FA), Cameron Borthwick-Jackson, dan Timothy Fosu-Mensah.  

Mourinho perlu menoleh ke belakang, yakni saat membawa Chelsea juara pada 2004-2005. Saat itu, ia memiliki skuad dengan rata-rata usia pemain di bawah 26 tahun.
 
4. Mengusir Ryan Giggs

Mourinho punya orang-orang kepercayaan, yakni Rui Faria dan Silvino Louro. Nasib Ryan Giggs, sebagai asisten, dipastikan akan tergusur.  Saatnya Giggs pergi dan mengumpulkan ilmu lebih banyak lagi untuk karier manajerialnya.  

Giggs bermain 963 kali untuk United, meraih 13 gelar Liga Primer, empat Piala FA, dan dua trofi Liga Champions. Ia menjadi manajer caretaker saat David Moyes dipecat dan kemudian diangkat Louis van Gaal sebagai tangan kanannya.  

5. Menjawab Keraguan di Old Trafford

Tak ada yang meragukan kehebatan Mourinho.  Dibanding pelatih lainnya, termasuk Sir Alex Ferguson, ia adalah pelatih yang memiliki persentase kemenangan lebih tinggi. 

Selama memegang Chelsea, dalam 212 pertandingan, ia berhasil mempersembahkan 140 kemenangan atau 66%. Adapun Ferguson, dalam 810 laga, memenangi 528 di antaranya atau 65,2%. 

Namun, di luar itu, ia punya kelemahan dalam mengelola emosinya. Tindakan kontroversialnya kerap menimbulkan masalah untuk kariernya.  Saatnya kini ia menjawab keraguan itu, termasuk dari Sir Bobby Charlton, yang sejak lama merasa tak cocok dengan perangai pelatih asal Portugal itu.  

 
6. United Kembali Menjadi Tim Agresif  

Ketika memenangi gelar La Liga bersama Real Madrid pada 2011-2012, Mou berhasil mencetak sejarah. Saat itu, pasukannya berhasil membuat 121 gol. Kehebatan itulah yang dituntut darinya ketika berada di MU, yang memble saat dipegang David Moyes dan Louis van Gaal. 

Dengan tambahan para pemain baru kelak, Mou mendapat tugas untuk mengembalikan permainan menyerang MU yang enak ditonton dan pertahanan yang maksimal.

Ini bukan pekerjaan mudah. Ketika Chelsea menjuarai liga pada 2014-2015, mereka hanya mencetak 73 gol atau 10 gol lebih sedikit daripada Manchester City, yang finis di peringkat kedua.

7. Bersaing dengan Pep Guardiola
 
Mourinho tak pelak lagi menjadi jawaban United ketika Manchester City mengumumkan Pep Guardiola sebagai manajer mereka. Keduanya sudah saling kenal 20 tahun lalu ketika Mourinho menjadi asisten Sir Bobby Robson. Saat itu, Pep menjadi salah satu pemain. 

Keduanya kemudian menjadi rival ketika berada di Liga Spanyol. Dalam 16 laga, Guardiola memenangi tujuh pertandingan, sedangkan Mourinho tiga.

Di Liga Inggris, mereka bertemu lagi. Di pundaknya, United berharap bisa kembali “memerah” setelah sekian lama City lebih banyak mengumpulkan trofi ketimbang Setan Merah.  

8. Mengembalikan Kejayaan Setan Merah

Menjadikan United kembali berwujud tim yang hebat merupakan tugas maha berat. Sebab, pada musim depan, Liga Primer akan semakin ketat. Selain kedatangan Pep Guardiola dan Antonio Conte, dua manajer lainnya, Juergen Klopp dan Mauricio Pochettino, dipastikan akan lebih siap menghadapi musim mendatang. Selain itu, tidak boleh dilupakan peran manajer Arsenal, Arsene Wenger.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : tempo.co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper