Bisnis.com, JAKARTA - Chelsea berada diambang krisis kebangkrutan setelah pemilik klub Roman Abramovich secara resmi dijatuhi hukuman sanksi oleh pemerintah Inggris.
Seluruh aset yang dimilikinya dibekukan sehingga akan berdampak negatif bagi klub yang ia akuisisi sejak 2003 tersebut.
Konglomerat asal Rusia itu harus menerima surat sanksi dari pemerintah Inggris karena disinyalir memiliki kedekatan dengan rezim Vladimir Putin. Menurut Metro, dugaan itu juga diperkuat oleh laporan anggota parlemen dari Partai Buruh Chris Bryant bahwa Abramovich memiliki sejumlah aktivitas korupsi. Loran itu berasal dari isi dokumen “Home Office” pada 2019 yang bocor di Commons.
Sehingga diputuskan kalau Abramovich harus menerima sanksi dari pemerintah Inggris. Namun, jika tuduhan yang dilayangkan Partai Buruh Chris Bryant itu tidak benar sebagaimana mestinya, Abramovich bisa saja melakukan perlawanan dengan menuntut balik Chelsea untuk membayar 1,5 miliar pound (setara 28 triliun rupiah). Uang itu dianggap sebagai pinjaman Chelsea ke pemilik klub berusia 55 tahun tersebut.
“Jika dia merasa sedang dijadikan kambing hitam untuk kegiatan Putin, maka skenario terburuk adalah dia mencoba untuk memanggil balik uang pinjaman,” kata dosen keuangan sepak bola Universitas Liverpool Kieran Maguire, seperti dikutip dari Daily Mail.
Menurut Maguire, apabila Abramovic melakukan tuntutan balik itu, klub berjuluk The Blues ini dipastikan akan mengalami krisis keuangan atau bangkrut total. Lalu, Abramovic berargumen bahwa pemerintah Inggris-lah yang telah menghancurkan klub London Barat tersebut.
"Lalu Chelsea mengalami krisis. Dia dan Putin bisa berargumen bahwa pemerintah Inggris yang menjadi biang keladi hancurnya Chelsea,” ujarnya.
Selain itu, ancaman krisis kebangkrutan Chelsea juga bisa datang dari implementasi keputusan sanksi yang telah dijatuhkan. Misalnya, Chelsea dilarang untuk menjual tiket pertandingan, kehilangan keuntungan dari hak siaran, hingga ditutupnya akses penjualan merchandise.
Beberapa sanksi tersebut dilakukan pemerintah Inggris, dalam upaya memiskinkan pemilik klub Chelsea yang merupakan pengusaha tambang asal Rusia tersebut.