Bisnis.com, JAKARTA—Laga final Copa Libertadores yang mempertemukan dua tim satu kota asal Buenos Aires, River Plate dan Boca Juniors terpaksa ditunda akibat serangan suporter yang tidak terkendali.
Pendukung River Plate melempari bus yang membawa pemain Boca yang hendak memasuki Stadion River Monumental, lokasi final antarklub seantero Amerika Selatan tersebut.
Otoritas setempat memutuskan menunda pertandingan kemarin waktu setempat selama 24 jam. Sejumlah kalangan menyebut kondisi itu mencoreng citra persepakbolaan Argentina. Selain berstatus sebagai laga puncak Copa Libertadores, pertandingan yang dijuluki superclasico itu banyak disorot karena dianggap sebagai derbi terpanas di Amerika Selatan.
Gabriel Batistuta, eks pemain tim nasional Argentina yang pernah membela River dan Boca pada dekade 1980-an dan 1990-an, menilai pembatalan laga itu sebagai sesuatu yang memalukan.
"Satu lagi peluang baik di hadapan masyarakat dunia yang menyaksikan kita hilang. Memalukan dan menyedihkan," ujar Batistuta dalam akun Twitternya sebagaimana dikutip CNN.com, Minggu (25/11).
Merujuk beberapa laporan media massa setempat, sejumlah pemain Boca terluka akibat pecahan kaca bus. Mereka juga disebut terdampak gas air mata yang disemprot polisi untuk membubarkan pendukung River.
Pemain Boca yang pernah berlaga di beberapa klub top Eropa, Carlos Tevez, dilaporkan muntah dan pusing akibat gas air mata tersebut.
Sebuah rekaman video memperlihatkan sejumlah pemain Boca lainnya berjalan terhuyung-hutung dan mengalami disorientasi di dalam kamar ganti.
Dua pemain Boca, Pablo Perez dan Gonzalo Lamardo, dilarikan ke rumah sakit. Pecahan kaca dan silet terlihat menancap di kepala mereka.
Kepala Konfederasi Sepakbola Amerika Selatan, Alejandro Dominguez, menyebut perwakilan River dan Boca sepakat menunda pertandingan akibat situasi yang tidak terkendali.
Laga antara dua klub besar Argentina itu merupakan pertandingan yang paling dihindari dalam sejarah sepakbola Amerika Selatan.
Ini adalah pertama kalinya mereka saling berhadapan di final Copa Libertadores, ajang yang setara dengan Liga Champions di Eropa.
Saat ini terlihat nuansa frustrasi dan malu di Buenos Aires. Ada pula kekhawatiran tentang keributan yang semakin membesar di ibu kota Argentina itu.