Bisnis.com, JAKARTA - Kemungkinan terjadinya unjuk rasa nasional yang berpotensi buruk membuat Prancis kelabakan dalam menggelar Piala Eropa (Euro) 2016 meningkat setelah puluhan ribu demonstran turun ke jalan dan para buruh melakukan mogok kerja di seluruh wilayah negara itu.
Para pekerja penyulingan minyak, pembangkit listrik tenaga nuklir, dan kereta api melancarkan aksi mogok pada Jumat dini hari WIB (27/5/2016).
Serikat pekerja terbesar di Prancis, General Confederation of Labour (CGT), terus meningkatkan tekanan kepada pemerintah untuk mengabaikan reformasi hukum buruh yang kontroversial.
Pada beberapa pekan terakhir ini sekitar 1.300 orang ditahan dan sekitar 350 polisi serta demonstran terluka ketika unjuk rasa berubah menjadi kekerasan.
Pemimpin CGT Philippe Martinez ditanya apakah serikatnya berniat mengacaukan Euro 2016 yang dijadwalkan berlangsung pada 10 Juni-10 Juli di sembilan stadion, dan jawabannya adalah "Pemerintah memiliki waktu untuk berkata 'mari hentikan waktu' dan segalanya akan baik-baik saja."
Jean-Claude Mailly, pemimpin serikat buruh yang lebih kecil Pasukan Pekerja (Force Ouvriere) yang juga turun ke jalan, berkata, "Dalam arti sepak bola, ini saatnya Perdana Menteri menarik kembali kartu merah."