Bisnis.com, JAKARTA - Tim Transisi bentukan Kemenpora bertindak cepat dengan menggelar Piala Kemerdekaan untuk mengisi kekosongan kompetisi akibat pembekuan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) oleh pemerintah.
Penyelenggaraan turnamen Piala Kemerdekaan, menurut Ketua Tim Transisi Bibit Samad Rianto, juga akan melibatkan klub-klub kontestan Indonesia Super League (ISL) sepanjang mereka tidak bermasalah dari aspek legal.
Yang menjadi pertanyaan besar atas rencana bagus tersebut ialah apakah akan ada klub-klub ISL yang bersedia menjadi peserta turnamen yang digelar juga sebagai bagian dari perayaan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke-70.
Telah berulang kali PSSI—yang dibekukan oleh Menpora Imam Nahrawi—menyatakan bahwa semua klub ISL telah bersedia untuk mengikuti kompetisi yang hanya akan diakui oleh Federation Internationale de Football Association (FIFA) yang dari sisi organisasi merupakan induk PSSI.
Apabila klaim PSSI itu memang benar, maka sudah dapat dipastikan Tim Transisi—yang dibentuk oleh Kemenpora untuk menggantikan peran PSSI—akan menemui tembok besar berupa ketiadaan klub-klub domestik sebagai peserta.
Bahkan, kalau pun bermaksud mengundang tim-tim dari luar negeri, rencana itu dipastikan bakal sulit terealisasi. Alasannya sederhana saja, semua tim yang berkompetisi secara resmi di belahan dunia mana pun tunduk kepada FIFA yang notabene punya salah satu anak bernama PSSI.
Upaya menggelar Piala Kemerdekaan di bawah Tim Transisi bentukan Kemenpora juga akan kesulitan dari sisi perangkat pertandingan. Semua wasit yang memenuhi standar kualitas di Indonesia adalah milik PSSI. Tentu tidak mungkin Tim Transisi mendadak bisa mencetak wasit-wasit yang memenuhi standar.
Jadi, rencana penyelenggaraan Piala Kemerdekaan ini bakal mendapatkan kesulitan untuk diwujudkan. Jalan satu-satunya adalah berkoordinasi dengan PSSI. Harus ada yang mau mengalah dan mencari titik-titik mana saja di antara Kemenporan dan PSSI yang bisa dipertemukan.