Bisnis.com, JAKARTA - Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) memberi kesempatan kepada Federasi Sepak bola Tunisia (TFF) untuk meminta maaf hingga 31 Maret 2015 atas tuduhannya bahwa organisasi tersebut melakukan kebohongan terkait dengan keputusan kontroversial wasit di Piala Afrika 2015.
Dalam pertandingan babak perempat final Tunisia melawan tuan rumah Guinea Khatulistiwa, wasit dari Mauritius Rajindraparsad Seechurn memberikan penalti pada menit terakhir waktu reguler 90 menit untuk Guinea Khatulistiwa sehingga kemenangan Tunisia 1-0 yang sudah di depan mata menjadi sirna.
Guinea Khatulistiwa sukses mengkonversi penalti menjadi gol sehingga skor selama 90 menit 1-1 dan pertandingan dilanjutkan ke babak tambahan 2 x 15 menit. Akhirnya Guinea Khatulistiwa memenangi laga itu dengan skor tipis 2-1.
Atas kejadian itu Presiden TFF Wadie Jary menyatakan CAF menipu. Sebenarnya CAF sudah menghukum wasit Seechurn tidak boleh memimpin pertandingan sepak bola di level apa pun selama 6 bulan ke depan. CAF bahkan juga mencoret nama wasit itu dari daftar wasit top Afrika untuk selamanya yang praktis menghabisi kariernya. Namun TFF tetap menolak meminta maaf.
Insiden itu sendiri sebenarnya masih dapat diperdebatkan. Dari tayangan ulang televisi yang dapat disaksikan melalui Youtube, memang terlihat adanya pelanggaran di dalam kotak penalti, namun memang ganjalan itu tidak terlalu keras.
Wadie Jary sendiri juga telah mendapatkan hukuman atas pernyataan kecamannya terhadap CAF yakni dilarang melakukan aktivitas apa pun di lingkungan organisasi tersebut. TFF juga telah menerima hukuman berupa denda 50 ribu akibat mencoba menyerang wasit Seechurn seusai pertandingan.
Namun, hukuman yang jauh lebih berat menanti Tunisia jika TFF tetap berkeras menolak meminta maaf. Tunisia akan dicoret dari keterlibatannya dari Piala Afrika edisi mendatang.
CAF juga telah menghukum Maroko dengan melarang negara tersebut untuk berpartisipasi dalam gelaran Piala Afrika untuk dua edisi mendatang akibat menolak menyelenggarakan putaran final turnamen tersebut edisi 2015 dengan tetap waktu karena khawatir tertular virus Ebola.