Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kesaksian Korban Selamat Tragedi Kanjuruhan, Diam di Tribune Ditembak Gas Air Mata

Salah seorang suporter yang selamat dari tragedi di Stadion Kanjuruhan, menceritakan kisahnya lolos dari musibah mencekam tersebut.
Suporter Arema FC memasuki lapangan setelah tim yang didukungnya kalah dari Persebaya dalam pertandingan sepak bola BRI Liga 1 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/tom.
Suporter Arema FC memasuki lapangan setelah tim yang didukungnya kalah dari Persebaya dalam pertandingan sepak bola BRI Liga 1 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/tom.

Bisnis.com, JAKARTA - Salah seorang suporter yang selamat dari tragedi di Stadion Kanjuruhan, menceritakan kisahnya lolos dari musibah mencekam tersebut.

Kerusuhan dahsyat terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) malam WIB.

Kejadian tersebut merenggut kurang lebih 127 nyawa dan menjadi salah satu tragedi paling parah dalam sejarah sepak bola.

Pertandingan Liga 1 pekan ke-11 itu berakhir dengan kekalahan tim kesayangannya dengan skor 2-3. Arema sempat menyamakan kedudukan sebelum akhirnya kalah.

Tiga gol Persebaya dicetak Silvio Junior (8'), Leo Lelis (32') dan Sho Yamaoto (51'). Sementara dua gol Arema dibuat oleh Abel Camara (42' dan 45+1' penalti).

Dalam laga itu, suporter Persebaya tidak ada yang datang untuk menonton pertandingan di kandang Arema FC. Hal itu sesuai kesepakatan antara suporter kedua tim.

Usai laga Arema FC vs Persebaya, suporter turun ke lapangan untuk menyampaikan protes kepada pemain dan pelatih.

Semakin banyaknya suporter yang turun ke lapangan membuat situasi menjadi kacau dan pihak keamanan harus turun tangan.

Para suporter panik dan berhamburan berebut mencari jalan keluar saat Tragedi Kanjuruhan.

Fian (17 tahun), Aremania, sebutan suporter Arema FC, asal Sumbermanjingkulon, Kabupaten Malang, menceritakan bagaimana dia bisa selamat dari Tragedi Kanjuruhan.

Sabtu malam itu, Fian bersama teman perempuannya, menonton laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di tribune penonton bawah papan skor.

Polisi tak hanya menembakkan gas air mata di tengah lapangan, tetapi juga ke arah tribune penonton, termasuk ke bangku tempat Fian dan para penonton lainnya yang masih berada di tempat duduk

"Ditembak gas air mata. Mata perih dan sesak napas. Air mata meleleh," kata Fian dilansir dari Tempo.

Di saat itu, para suporter panik. Mereka berhamburan berebutan mencari jalan keluar. Para penonton berdesak-desakan, bahkan sebagian terinjak-injak demi keluar dari stadion.

Melihat situasi seperti itu, Fian yang juga panik, menggandeng teman perempuannya keluar melalui pintu darurat di sebelah kiri.

Fian menyaksikan seorang anak kecil terpisah dari orang tuanya, sebelum diselamatkan anggota TNI dan dibopong keluar stadion.

"Kami di tribune diam, tidak ngapa-ngapain. Mereka yang rusuh di bawah, kok di tribune juga ditembak gas air mata?" kata Fian.

Kisah Pilu Gilang, Aremania yang Kehilangan 3 Temannya

Gilang (22 tahun) berhasil menyelamatkan diri dari insiden berdarah ini. Namun, tiga temannya yang turut menonton laga kandang Arema, tak selamat dari nasib nahas.

Ia datang serombongan bersama ratusan Aremania dari Jember. Mereka berangkat menumpang mobil dan sebagian bersepeda motor.

Usai pertandingan, Gilang bercerita ribuan suporter Arema FC melompat pagar dan merangsek turun ke lapangan.

"Suporter masuk lapangan untuk menyalami pemain. Tapi, polisi mengadang, terjadi keributan. Polisi menembakkan gas air mata," kata Gilang.

Dia bersama teman-temannya tak ikut turun ke lapangan dan tetap di tribune penonton. Namun, sebuah tembakan gas air mata dilepaskan ke bangku penonton.

Para penonton panik, mereka berebut keluar stadion dalam situasi yang kacau. "Berdesakan, banyak korban terjepit, terinjak," katanya.

Dalam situsi itu, Gilang berhasil melompat ke pagar dan naik kembali ke tribune. Dia terpisah dari tiga temannya dan akhirnya ditemukan sudah tak bernyawa.

Temannya laki-laki ditemukan meninggal di ruang ganti pemain di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen. Sedangkan dua orang lainnya yang semuanya perempuan meninggal saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Waha Husada, Kepanjen.

Kerusuhan tak hanya terjadi di dalam stadion, tetapi merembet ke luar. Suporter menggulingkan dan membakar kendaraan polisi.

Di saat itu, Gilang sempat menyelamatkan seorang perempuan yang terinjak-injak penonton. Perempuan itu berhasil ditolong dan dibawa ke rumah sakit terdekat.

"Reaksi polisi arogan, tidak mengayomi. Mengapa mengarahkan gas air mata ke penonton di tribune yang tidak melakukan kerusuhan? Cukup dipentung saja," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Tempo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper