Bisnis.com, JAKARTA – Mantan pemain Watford Michel Ngonge mengkritik pejabat klub Inggris itu atas perlakuan mereka terhadap Nigel Pearson dan percaya mantan pelatih tersebut bisa mempertahankan tim berjuluk The Hornets di Liga Primer jika tidak dipecat dengan masih tersisa dua pertandingan.
Pearson dipecat setelah Watford menyerah 1–3 dari West Ham di Stadion London dan keputusan itu tidak sesuai dengan harapan mantan pemain depan Timnas Republik Demokratik Kongo (dahulu Zaire) itu.
Ngonge, yang bermain untuk Watford pada 1998–2000, mengaku terkejut mendengar berita Watford memecat Pearson dengan masih menyisakan dua laga melawan Manchester City dan Arsenal.
Lelaki yang kini berusia 53 tahun itu pun mendesak para pengambil keputusan di eks klubnya itu untuk mengubah cara mereka. “Pergantian staf pelatih terus-menerus menunjukkan ada masalah struktural di klub, saya sangat kecewa.”
Dia menilai Watford layak bertahan di Liga Primer. “Namun, klub mana pun memerlukan stabilitas. Anda tidak bisa berganti manajer tiga atau empat kali dalam satu musim. Pemecatan Pearson sedikit mengejutkan karena saya pikir dia adalah solusi untuk Watford dan saya pikir dia akan mempertahankan Watford di Liga Primer, hasil di bawahnya bagus!” paparnya.
“Saya tidak bisa memahami fakta bahwa dia dipecat dengan sisa dua pertandingan, saya tidak mengerti. Tim dengan stabilitas besar di Inggris adalah yang memiliki manajer yang sama selama 3, 4, 5, 6 tahun, karena itulah masa yang Anda perlukan untuk membangun tim. Sangat penting untuk memiliki waktu itu dan mengganti manajer setiap tahun tidak pernah memberikan hasil yang baik," lanjut Ngonge.
Pernyataan Ngonge boleh jadi benar, karena sebenarnya Pearson pernah memiliki catatan hebat menyelamatkan Leicester City dari ancaman degradasi pada musim 2014–2015 dengan rentetan kemenangan menjelang kompetisi usai.
Pada musim berikutnya Leicester City jadi juara Liga Primer untuk pertama kalinya sepanjang sejarah meski di bawah pelatih berbeda, yakni Claudio Ranieri, yang mulai menangani Si Rubah pada awal musim 2015–2016 lantaran Pearson mundur setelah tak tercapai kesepakatan dengan manajemen tim.