Bisnis.com, JAKARTA – Timnas Aljazair tampil sebagai juara Piala Afrika 2019 seusai menundukkan Senegal dengan skor tipis 1 - 0 di final di Stadion Internasional Kairo, Mesir, Sabtu (20/7/2019) dini hari WIB.
Kemenangan Aljazair diraih berkat kemampuan mereka mempertahankan keunggulan yang diperoleh sejak menit ke-2 lewat gol cepat penyerang Baghdad Bounedjah, demikian catatan pertandingan laman resmi turnamen.
Senegal sempat berharap mendapatkan tendangan penalti ketika wasit Sidi Neant Alioum menunjuk titik putih pada menit ke-60, namun usai meninjau tayangan ulang video asisten wasit (VAR), pengadil asal Kamerun itu menganulir keputusannya.
Hasil itu membuat Aljazair sukses menambah trofi Piala Afrika 2019 sebagai perolehan terbaik kedua mereka di kompetisi paling bergengsi Benua Hitam itu setelah juga menjuarai edisi 1990 di tanah sendiri.
Sebaliknya bagi Senegal, mereka harus puas jadi runner-up lagi untuk kedua kalinya setelah 2002 dan menanti setidaknya 2 tahun lagi untuk meraih trofi Piala Afrika pertama mereka.
Bintang di kedua tim, Riyad Mahrez di Aljazair dan Sadio Mane di Senegal, tak banyak memengaruhi jalannya pertandingan.
Malahan absennya bek andalan Senegal Kalidou Koulibaly terbukti menjadi anugerah bagi Aljazair, yang meraih golnya "dibantu" pemain yang dipercaya mengisi posisi yang ditinggalkan pemain Napoli itu, Salif Sane, bek Schalke 04, yang menghasilkan gol "aneh".
Sane, berusaha menghalau tembakan Bounedjah dari luar kotak penalti, namun alih-aliah menghentikannya ia malah membuat bola melambung dan ironisnya kiper Alfred Gomis tak bereaksi malah terpaku menyaksikan bola melambung masuk ke dalam gawangnya.
Gol itu membuat Aljazair memilih menebalkan pertahanan mereka demi menggagalkan setiap kesempatan yang berusaha diciptakan oleh Senegal sepanjang 88 menit waktu normal dan 9 menit masa injury time.
Kiper Aljazair Rais M'Bolhi juga berperan besar atas kemenangan tersebut dengan melakukan tak kurang dari dua penyelamatan langsung dan satu penyelamatan tidak langsung.
Tendangan bebas gelandang Henri Saivet pada menit ke-27 dan tembakan jarak jauh bek Yossouf Sabaly pada menit ke-69 berhasil diamankan M'Bolhi, serta ia juga sukses mempersempit ruang tembak M'Baye Niang ketika berada dalam situasi satu lawan satu membuat tendangan mantan pemain AC Milan itu melambung tak tentu arah.
Para suporter Senegal sempat bersorak pada menit ke-60 saat wasit Neant Alioum menunjuk titik putih menyusul dugaan handball oleh Adlene Guedioura saat bola umpan silang Ismaila Sarr mengenai tangan gelandang bertahan Aljazair itu.
Namun, setelah melihat tayangan ulang VAR, wasit menganulir keputusannya dan menilai Guedioura tak melakukan gerakan sengaja untuk menghalau bola dengan tangan giliran para pemain Aljazair di bangku cadangan dan suporternya yang bersorak.
Pada menit ke-64 insiden serupa gol pertama mengancam gawang Senegal, ketika umpan silang Youcef Belaili yang berusaha dihalau Sane membuat bola melambung dalam gerakan berbahaya, yang untungnya hanya berakhir di atas jaring gawang.
Pelatih Senegal Aliou Cisse berusaha menggemukkan lini serang Senegal dengan mengirim masuk penyerang Mbaye Diagne menggantikan Saivet pada menit ke-75, namun hal itu tak mampu mengubah banyak keadaan lantaran serangan Kawanan Singa Teranga tetap tumpul dan Rubah Gurun keluar sebagai juara usai peluit tanda laga usai berbunyi.
Pertandingan sulit
Pelatih Aljazair Djamel Belmadi mengakui bahwa pertandingan melawan Senegal adalah laga sulit. “Ini pertandingan yang sulit. Saya sangat senang, untuk negara, untuk rakyat yang menunggu begitu lama. Ini kemenangan pertama di luar negara kami, ini luar biasa.”
Djamel mengakhiri masa turbulensi di Timnas Aljazair, yang mempekerjakan tujuh pelatih hanya dalam 3 tahun.
Bagaimanapun, kemenangan ini memastikan dominasi Aljazair atas Senegal di turnamen kali ini. Ini merupakan kemenangan kedua Aljazair atas Senegal di turnamen ini, yang pertama di fase grup juga dengan skor 1-0 dengan gol kemenangan dicetak Mohamed Youcef Belaili pada menit ke-49.
Sementara itu, Aliou Cisse menyesalkan anak asuhnya kebobolan terlalu cepat. "Kami pantas menyamakan kedudukan. Malam ini, saya ingin memberi selamat kepada para pemain saya. Kami sudah di sini selama 46 hari. Kami menginginkan juara, tapi ini bukan malam kami."
Cisse, eks-pemain belakang Paris Saint-Germain, merupakan kapten Timnas Senegal ketika kalah di final edisi 2002 dari Kamerun di Bamako, Mali. Ketika itu Senegal kalah lewat adu penalti 2 - 3 setelah permainan selama 120 menit skor imbang tanpa gol.
Ironisnya, saat itu Cisse yang menjadi penendang kelima bagi Senegal gagal menunaikan tugasnya dengan baik dan gvagal menjebol gawang Kamerun sehingga timnya kalah. Padahal, jika dia sukses menjebol gawang Kamerun, skor imbang 3 - 3 dan adu penalti diteruskan dengan penendang tambahan.