Bisnis.com, JAKARTA - Federasi Sepak Bola Serbia (FSS) pada Selasa WIB (21/2/2017) memutuskan untuk melarang klub FK Rad menggunakan Stadion Kralj Petar Prvi di Beograd setelah terjadi insiden rasis yang parah yang menjadikan gelandang Partizan Beograd asal Brasil Everton Luiz sebagai korban.
FSS tidak menyebutkan sampai kapan sanksi pelarangan penggunaan stadion sendiri atas Rad itu diberlakukan dan hanya menyatakan “sampai pemberitahuan lebih lanjut”.
Dalam pertandingan derby ibu kota Beograd akhir pekan lalu di stadion tersebut, yang merupakan markas Rad, Luiz meninggalkan lapangan di akhir pertandingan dengan berurai air mata setelah menerima sikap rasis penonton yang menghinanya dengan perilaku seperti monyet sepanjang laga.
Bukan hanya itu, suporter tuan rumah juga membentangkan spanduk yang berisikan kalimat menghina sang pemain. Spanduk tersebut kemudian disingkirkan atas permintaan wasit Srdan Jovanovic.
Pertandingan itu akhirnya dimenangi Partizan dengan skor 1-0 berkat gol semata wayang yang dilesakkan striker Uros Durdevic ketika babak kedua memasuki menit ke-10.
Luiz sempat bertikai dengan fans tuan rumah selepas laga setelah dia juga gagal mengendalikan diri dan memberi respons dengan menunjukkan jari tengah ke arah fans Rad.
Sambil menyeka air mata, Luiz mengaku dia menerima sikap rasis sejak masuk lapangan sebelum pertandingan dimulai.
“Saya dan keluarga saya sudah merasa Serbia ini sebagai rumah sendiri. Itulah yang membuat saya menangis. Saya ingin melupakan kejadian ini, kembali fokus ke sepak bola dan ingin semua orang mengatakan ‘Tidak’ kepada rasisme,” kata Luiz.
Fans sepak bola di Serbia kerap kali menunjukkan sikap rasis terhadap para pemain kulit hitam. Suporter Rad diketahui memiliki anggota yang berperilaku ultranasionalis ultrakanan.
Everton Luiz Guimaraes Bilher, begitu nama lengkap gelandang bertahan berusia 28 tahun itu, bergabung dengan Partizan tahun lalu dari klub Swiss St. Gallen 1879. Dia pernah bermain untuk klub kondang Palmeiras, juara Brasil lima kali.