Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Regenerasi dan Pembinaan Pemain Sepak Bola Muda RI Masih Minim

Sebagian besar pemilik klub sepak bola tidak berorientasi terhadap profit sehingga tidak memiliki kepedulian membina dan meningkatkan kompetensi pemain muda
Pesepak bola Timnas Indonesia, Dendy Sulistyawan (kanan) melakukan selebrasi bersama rekannya Asnawi Mangkualam Bahar (kiri) di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (8/9/2023)./Antararn
Pesepak bola Timnas Indonesia, Dendy Sulistyawan (kanan) melakukan selebrasi bersama rekannya Asnawi Mangkualam Bahar (kiri) di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (8/9/2023)./Antararn

Bisnis.com, JAKARTA — Klub Liga 1 Indonesia dinilai tidak serius menjalankan kewajiban pembinaan berjenjang sesuai kelompok usia. 

Pengamat Sepak Bola Nasional Harris Pardede mengatakan klub sepakbola di Indonesia belum banyak yang berorientasi profit. Hal ini karena kepemilikan klub lebih kepada penyaluran hobi sepakbola dan corporate social responsibility (CSR). 

“Jadi, mereka buat apa tangani yang menurut mereka tidak seksi.  Ini kan tidak seksi. Menangani [tim junior] anak umur 15 tahun apa sih menariknya siapa yang nonton. Coba aja kita bahas soal EPA (Elite Pro Academy) umur 15.Pastinya nonton sedikit kan,” ujarnya dikutip dalam obrolan Broadcash di kanal Youtube Bisniscom, Senin (10/2/2025). 

Menurutnya, sebagian besar pemilik klub sepak bola tidak berorientasi terhadap profit. Hal ini membuat para pemilik tidak memiliki kepedulian dalam membina dan meningkatkan kompetensi para pemain usia muda. 

Para pemilik klub sepak bola dinilai lebih memilih mengambil jalan pintas dengan membeli tim yang selama ini dibina oleh sekolah sepakbola (SSB). 

“Ambil jalan pintas saja, sudahlah, kita beli aja. Cangkok, selesai. Yang penting, di Liga 1 kita bisa main tas.  Mereka bisa mungkin manggung dan sebagainya. Jadi, ini pembinaan usia muda yang tidak dijalankan,” katanya. 

Dia menilai untuk mencapai pembinaan usia muda yang berjenjang secara hakiki, membutuhkan ketegasan dari federasi dan juga operator liga. Jika tidak tegas, maka praktik mencari celah akan terus dilakukan. 

Pembinaan dan kompetisi usia muda yang berjenjang akan menjadi jembatan untuk mengantarkan pemain usia muda menjadi pemain professional sehingga pada akhirnya bisa masuk dalam skuad tim nasional di masa depan. 

Pengamat Sepak Bola Tanah Air Immanuel Bagus Adityo Nugroho menilai Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir memilih prioritas ke tim nasional karena memiliki banyak lubang kelemahan yang harus ditutupi sesegera mungkin. 

“Kalau menurut saya ini timnas terbaik sepanjang sejarah dan melahirkan antusiasme dari penonton Indonesia untuk menyaksikan laga timnas. Makanya Erick Thohir mencoba mencari dukungan Pak Prabowo atau pemerintah, melalui Menpora ya, untuk bagaimana caranya mempercepat pemain naturalisasi, pemain diaspora,” ucapnya. 

Meskipun di level atas terdapat akselerasi kualitas pemain, namun di level bawah yang menjadi penyuplai calon talenta masa depan masih kurang diperhatikan. Jika pembinaan usia muda dan kompetisi berjenjang terlupakan, maka akan dapat memengaruhi suplai pemain di tim nasional.

Dia mencontohkan sebagaimana yang terjadi di tubuh Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) yang terlambat melakukan regenerasi selama 4 tahun sehingga saat ini jagoan-jagoan Indonesia tidak mendapatkan pengganti yang sepadan. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper