Bisnis.com, SOLO - Timnas Inggris mendapat dukungan positif dari suporter dunia setelah menggelar aksi berlutut di hadapan Iran sebelum tanding di Piala Dunia 2022.
Inggris yang bertanding melawan Iran pada Senin (21/11/2022), melakukan aksi berlutut untuk menunjukkan rasa solidaritasnya.
Meski sempat dinilai sebagai tim munafik karena tak setuju dengan aturan FIFA dan Qatar di Piala Dunia 2022, Inggris akhirnya membuktikan jati dirinya.
Aksi berlutut tersebut ditujukan untuk menolak diskriminasi yang diberikan kepada Qatar dan tim Timur Tengah.
Aksi berlutut sebelum pertandingan ini sudah sempat diadopsi secara reguler di Liga Inggris setelah kematian George Floyd di Amerika Serikat pada tahun 2020. Floyd adalah seorang pria kulit hitam yang meninggal dalam tahanan polisi di Minneapolis.
Selain itu, kapten Inggris Harry Kane juga batal menggunakan ban kapten pelangi. Ban "One Love" tersebut sebelumnya dikonfirmasi akan dipakai oleh beberapa tim Eropa untuk menunjukkan dukungan terhadap kaum LGBT.
Tak hanya Harry Kane, kapten timnas lain seperti Wales, Belgia, Belanda, Swiss, Jerman, dan Denmark juga batal menggunakan ban tersebut untuk menghindari ancaman FIFA.
Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) mengonfirmasi sebelum pertandingan Senin bahwa mereka akhirnya harus tunduk pada tekanan FIFA.
"FIFA sangat jelas bahwa mereka akan menjatuhkan sanksi olahraga jika kapten kami mengenakan ban lengan di lapangan permainan," kata pernyataan FA.
FA mengatakan bahwa pemain dapat diberi sanksi berat apabila melanggar apa yang telah ditetapkan oleh FIFA dalam Piala Dunia 2022 ini.
"Sebagai federasi nasional, kami tidak dapat menempatkan pemain kami dalam posisi yang dapat membuat mereka mendapatkan sanksi olahraga termasuk kartu kuning,"