Bisnis.com, JAKARTA — Liga sepak bola di Eropa tetap memiliki daya tarik di tengah situasi pandemi Covid-19. Sejumlah liga yang sempat dihentikan, akhirnya bisa dilanjutkan.
Saat ini, rata-rata liga sepak bola di Eropa memasuki musim baru yang sudah berjalan hingga paruh musim. Namun, sebagian besar pertandingan liga yang dijalankan digelar tanpa kehadiran penonton yang memberikan dukungan langsung di lapangan.
Mantan pemain Liverpool Luis Garcia mengatakan bahwa situasi ketidakhadiran penonton di stadion sangat dirasakan oleh pemain yang bertanding di lapangan.
“Sebenarnya saya melihat pemain yang bertanding berupaya memberikan yang terbaik dan ingin mengubah pertandingan dengan hasil kemenangan dengan menghadirkan kualitas dan skill terbaik mereka,” ujarnya saat menjawab pertanyaan Bisnis, Selasa (16/2/2021).
Bisnis menjadi salah satu peserta dalam sesi Heineken X UEFA Champions League Virtual Experience dan berkesempatan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada mantan punggawa tim nasional Spanyol itu.
Menurutnya, tidak hadirnya penonton di stadion dirasakan atmosfernya oleh pemain yang bertanding.
“Tentu ini hal sulit bagi pemain,” katanya.
Dia mencontohkan saat Liverpool kalah di Anfiled kandang mereka sendiri oleh Manchester City dengan skor 1-4, situasinya bisa jadi akan berbeda ketika para suporter bisa menyaksikan langsung big match tersebut.
Dalam kesempatan itu, Luis Garcia juga merespons beberapa pertanyaan lain mengenai sosok pemain belakang yang dinilainya paling kuat yang pernah dihadapinya. Sebagai pemain yang pernah 77 kali tampil bersama The Reds itu, mantan kapten Chelsea John Terry disebutnya sebagai pemain belakang paling kuat.
Duetnya bersama Ricardo Carvalho dilini belakang The Blues bak benteng yang sulit di tebus pemain lawan.
“Saya lebih sering bermain sebagai second striker, saya nilai John Terry pemain paling kuat,” katanya.
Luis Garcia bermain untuk Liverpool selama tiga musim sejak 2004—2007 dengan mencetak 18 gol. Dia menjadi salah satu pemain andalan pelatih Rafael Benitez yang membawa klub itu berhasil meraih gelar Liga Champions musim 2005 di Istanbul, Turki.
Final Liga Champions 2005 itu paling dikenang militansinya bagi fans Liverpool, tapi tidak bagi penggemar AC Milan. Milan yang sempat unggul 3-0 di babak pertama, harus menerima kenyataan disamakan kedudukan menjadi 3-3 di babak kedua dan kalah melalui babak tos-tosan adu penalti.