Bisnis.com, JAKARTA - Jadon Sancho diprediksi akan menjadi bintang bursa transfer musim panas mendatang. Dalam masa mati suri sepak bola akibat pandemi virus corona atau Covid-19, namanya terus berkibar sebagai pemain yang diperebutkan klub-klub besar.
Di antara klub-klub yang disebut menginginkannya, seperti Liverpool dan Chelsea, Manchester United disebut-sebut berada di barisan terdepan untuk mendapatkannya. Satu sebabnya, mereka berani merogoh kantong dalam-dalam.
Pekan lalu, CEO Borussia Dortmund Hans-Joachim Watzke meminta kepada klub-klub yang menginginkan pemainnya itu untuk menghormati Sancho. “Dia masih bersama kami,” katanya.
Menurut dia, suasana krisis seperti sekarang bukanlah saat yang tepat untuk membicarakan pembelian pemain. “Lagi pula kami tidak akan menjual siapa pun di bawah harga mereka,” katanya.
Dari pernyataan itu, mereka seperti memberikan sinyal bahwa Sancho takkan dilepas dengan harga yang murah. Rumor yang beredar, harga bekas pemain Manchester City itu berada di angka 100 juta pound sterling.
Sejauh ini, hanya United yang masih berada di jajaran peminat meski dengan harga yang teramat tinggi. Namun seperti kata Watzke, pembicaraan jual-beli pemain itu baru akan bisa dilakukan saat bursa musim transfer tiba.
Baca Juga
Bila jual-beli itu terjadi, Dortmund tentu menangguk untung besar. Mereka membeli Sancho dari Manchester City dengan harga 8 juta pound saja. Harga yang kini lebih dari sepuluh kali lipat tentu menjadi keuntungan besar untuk klub yang bermarkas di Stadion Westfalen itu.
Fenomena Sancho tentu menjadi pelajaran penting bagi klub-klub Jerman saat ini. Mereka mengarahkan pandangan ke Inggris untuk mencetak pemain sekelas Sancho di kemudian hari.
Sebab, hengkangnya Sancho yang tak bisa menembus tim inti menjadi perhatian mereka. Dortmund, yang berhasil mencium bakat Sancho, datang dengan memberikan tawaran menarik: bermain di tim inti.
Contoh yang paling kasatmata adalah yang dilakukan Bayern Munchen yang berusaha mendapatkan Callum Hudson-Odoi dari Chelsea, musim panas lalu. Tujuan Die Roten, menjadikan pemain muda itu bersinar seperti Sancho, dan menjualnya kembali ke klub-klub Inggris.
Namun Chelsea berhasil mengamankan pemain didikan akademi Chelsea tersebut. September lalu, pemain berusia 19 tahun itu diikat kontrak baru hingga 2024.
Munchen memang gagal. Namun mereka sejatinya telah mendapatkan Jamal Musiala dan Bright Arrey-Mbi dari Chelsea, tahun lalu. Keduanya sama seperti Sancho: kesulitan mendapatkan kesempatan masuk tim inti.
Chelsea kecolongan tentu saja. Mereka pun berusaha memperbaikinya. Waktu pun berpihak pada mereka. Saat terkena hukuman tidak boleh membeli pemain, pelatih baru mereka, Frank Lampard, lebih banyak memakai pemain muda The Blues.
Hasilnya tak buruk. Para pemain muda, seperti Tammy Abraham, Mason Mount, Fikayo Tomori, dan Reece James, menjadi pemain inti.
Lampard berhasil mengamankan dua pemain muda lainnya, yakni Tino Anjorin dan Ian Maatsen. Mereka adalah pemain yang diturunkan saat Chelsea menghancurkan Grimsby Town dengan skor 7-1 dalam turnamen Piala Liga, September lalu. Keduanya berhasil diikat kontrak hingga 2025.
Namun pada Januari lalu, mereka kehilangan dua pemain muda sekaligus. Bek kanan Tariq Lamptey pergi ke Brighton dan Clinton Mola, pemain yang bisa bermain di beberapa posisi, memilih hijrah ke Stuttgart.
Sebabnya sama: mereka tak punya masa depan untuk masuk ke tim inti. Lamptey, 18 tahun, misalnya. Meski pernah diturunkan Lampard di Liga Primer saat bertanding melawan Arsenal, dia tak melihat ada jalan terbuka untuk masuk tim inti menggantikan kapten klub Cesar Azpilicueta.
Clinton Mola juga begitu. Dia melihat masa depannya lebih gelap. Meski terpilih menjadi pemain tim nasional Inggris U-21, dia tak pernah diajak ikut berlatih dengan tim inti Chelsea sekali pun. Dia hanya bisa menelan ludah menyaksikan Hudson-Odoi, bekas teman di masa akademi.
Sebenarnya, seperti pada Lamptey, Chelsea menyodorkan kontrak kepada Mola. Namun Stuttgart datang pada saat yang tepat dan tawaran yang lebih menarik. Apalagi kalau bukan bermain di tim inti.
Tokoh di balik kesuksesan membawa Mola tak lain adalah direktur teknik klub itu, Sven Mislintat. Pria ini sebelumnya bekerja di Arsenal yang tentu paham betul dengan kondisi pemain-pemain muda di Liga Inggris.
Inggris kini dipenuhi oleh talenta-talenta bagus, tapi persaingan di dalam tim teramat ketat sehingga membuat kesempatan mereka kian terbatas. Selain itu, para pemain muda itu enggan menempuh proses dipinjamkan ke klub lain sebagai upaya mematangkan mereka.
Walhasil, tawaran dari klub lain–meski di luar Inggris–tentu amat menggoda anak-anak muda. Apalagi mereka melihat contoh sukses: Jadon Sancho.