Bisnis.com, JAKARTA - Terseok-seok, Spanyol akhirnya memastikan diri di babak 16 besar atau perdelapan final Piala Dunia 2018. Bermain imbang 2-2 melawan Maroko, setelah dua kali tertinggal, Spanyol langsung ditunggu tuan rumah Rusia, yang menjadi runner-up Grup A setelah dihajar Uruguay, juara Grup A, dengan skor telak, 0-3.
Langkah Spanyol, juara dunia 2010, ke babak 16 terasa tidak terlalu meyakinkan. Setelah ditahan Portugal 3-3 di pertandingan pembuka Grup B, hanya menang 1-0 dari Iran dan terakhir seri 2-2 dengan Maroko.
Padahal, di babak kualifikasi, La Roja --yang berada satu grup dengan Italia, Albania, Israel, Makedonia dan Liechtenstein-- bergitu perkasa. Mereka lolos ke Rusia dengan rekor sembilan kemenangan dan satu kali seri.
1 | Spanyol | 10 | 9 | 1 | 0 | 36 | 3 | +33 | 28 |
2 | Italia | 10 | 7 | 2 | 1 | 21 | 8 | +13 | 23 |
3 | Albania | 10 | 4 | 1 | 5 | 10 | 13 | −3 | 13 |
4 | Israel | 10 | 4 | 0 | 6 | 10 | 15 | −5 | 12 |
5 | Makedonia | 10 | 3 | 2 | 5 | 15 | 15 | 0 | 11 |
6 | Liechtenstein | 10 | 0 | 0 | 10 | 1 | 39 | −38 | 0 |
Bahkan, dalam pertandingan di Santiago Bernabeu, Madrid, pada 2 September 2017 yang disaksikan 73.628 penonton, Spanyol begitu perkasa bagi Italia, yang akhirnya tersingkir. Mereka menang 3-0 melalui Isco dua gol dan Morata --yang tidak masuk tim-- satu gol.
Boleh jadi, dari analisa Reuters, inilah efek atau konsekuensi nyata dari pemecatan pelatih Julen Lopetegui, yang terlihat telanjang dalam penampilan kacau Spanyol melawan Maroko pada Senin, yang menimbulkan keraguan serius tentang seberapa jauh mereka bisa pergi di Piala Dunia. Selain, adanya kabar perpecahan di dalam tim setelah kiper senior Pepe Reina clash dengan Fernando Hiero.
Pepe Reina clash dengan Fernando Hierro di pinggir lapangan/Reuters
Hasil imbang 2-2 di Kaliningrad, sangat menggairahkan bagi pemain netral, tetapi mengekspos kerentanan besar pada sisi juara dunia 2010, yang harus datang dari belakang dua kali setelah kesalahan ceroboh yang memberi dua gol bagi Maroko yang sudah tersingkir.
Andres Iniesta, yang biasanya tidak bisa salah, tertangkap dalam kesalahpahaman besar dengan kapten Sergio Ramos yang memberi Khalid Boutaib lari bebas menuju gol, dan Ramos tampak lemah ketika pemain pengganti Maroko Youssef En-Nesyri mengalahkannya untuk bertarung di udara dan menjadi gol kedua Maroko.
Foto: Reuters
Spanyol juga membiarkan tembakan ketika sebuah tembakan dari Nordin Amrabat dari Maroko menghantam tiang gawang, dan ketika Boutaib gagal menaklukkan kiper David de Gea setelah balapan ke daerah gawang tak tertandingi menyusul lemparan ke dalam.
Beuntunglah Spanyol tendangan tumit dari Iago Aspas di menit akhir diberi lampu hijau oleh asisten wasit video (VAR).
Alih-alih pertempuran melelahkan dengan Uruguay yang akan menunggu mereka di babak 16 besar, Spanyol sekarang akan bermain Rusia, tim peringkat terendah di turnamen.
Jika mereka mengatasi tuan rumah, mereka cenderung terhindar lawan kelas berat di turnamen itu seperti Brasil atau Prancis hingga final.
Hierro dan Isco keduanya mengakui kinerja melawan Maroko "bukan jalan ke depan", dengan pelatih sementara menunjukkan perhatian khusus tentang lima gol yang dibiarkan timnya dari tiga pertandingan di Piala Dunia. Ini kontras dengan hasil di 10 pertandingan babak kualifikasi. Di mana mereka hanya kebobolan tiga.
Untuk saat ini, Spanyol telah lolos dari konsekuensi keras dari penampilan mereka yang membingungkan di Rusia, di mana mereka jarang terlihat seperti tim dominan dan menarik, yang lolos dari kualifikasi di bawah Lopetegui.
Namun jika mereka bertemu tim dengan kualitas yang lebih baik, seperti lawan potensial mereka di perempat Kroasia, mereka mungkin tidak begitu beruntung, dan pemecatan tergesa-gesa dari mantan pelatih mereka akan disebut sebagai salah satu alasan utama untuk eliminasi mereka.