Bisnis.com, JAKARTA - Tak pelak lagi, juara lima kali Piala Dunia --1958,1962, 1970, 1994, 2002-- Brasil dianggap tim paling sukses di dunia. Belum ada negara yang lain mengikuti jejaknya. Apalagi, selain satu-satunya tim yang tidak pernah absen di turnamen empat tahunan ini, Brasil berhasil menggondol empat kali juara Piala Konfederasi FIFA yakni 1997, 2005, 2009, dan 2013.
Belum lagi jika melihat data dari Soccer World Cup All-Time Standings. Brasil menjadi the best overall performance di Piala Dunia dengan mencatat 70 kemenangan, 104 pertandingan, 119 selisih gol, 227 poi. dan 17 kali kalah.
Brasil juga menjadi --salah satu tim-- yang mampu menjuarai piala dunia di benua yang berbeda. Satu di Eropa (1958 di Swedia), 1962 di Amerika Selatan (Chile), dua kali di Amerika Utara (1970 di Meksiko, 1994 di Amerika Serikat) dan satu di Asia (2002 di Korea Selatan/Jepang). Dan Brasil satu dari sedikit negara -- yang lain Prancis dan Argentina-- yang mampu menjuarai ketiga gelar penting di sepakbola. Yakni Piala Dunia, Piala Konfederasi dan Olimpiade.
Karena itu, Brasil, harus diakui, selalu menjadi sorotan utama setiap kali piala yang digelar pertama kali di Uruguay pada 1930, akan bergulir, dan tak pernah tidak difavoritkan.
Tidak pernah putus melahirkan pemain bintang dan berbakat, semakin
melambungkan Brasil di posisi begitu bergengsi. Bahkan, dalam wawancara dengan FIFA.com belum lama ini, pelatih legendaris mereka, Alberto Pareira mengatakan di antara dominasi tim Eropa, hanya Brasil --selain Argentina-' yang bisa mendobrak.
Kini, dengan materi Neymar, Coutinho, Paulinha, Willian, Firminho, Marcelo, Casemiro, Fernandinho, Fred, Gabriel Jesus, Thiago Silva, Fillpe Luis, Miranda, membuat tim Verde-Amarela (Kuning dan Hijau) kembali menjadi favorit.
Diunggulkan menjadi kandidat juara. Dan itu bukan tanpa sebab. Skill yang dimiliki para pemain, mampu membawa Brasil menjadi tim kedua yang memastikan diri lolos ke Rusia selain tim tuan rumah yang otomatis tampil.
Namun, Brasil bukan gunung yang ketinggiannya tidak bisa ditaklukan. Final Piala Dunia 1950, salah satu gambaran betapa Brasil yang lebih diunggulkan akhirnya bisa terjerembab secara tragis.
Saat itu, partai Uruguay versus Brasil menjadi pertandingan menentukan dari babak penyisihan grup di Piala Dunia FIFA 1950. Pertandingan itu dimainkan di Estádio do Maracanã di ibukota Brasil saat itu di Rio de Janeiro, tepatnya pada 16 Juli 1950.
Tidak seperti Piala Dunia lainnya, pemenang 1950 ditentukan oleh babak penyisihan grup, dengan empat tim terakhir bermain dalam format round-robin, bukan tahap sistem gugur. Dengan Brasil satu poin di atas Uruguay masuk ke pertandingan, Uruguay membutuhkan kemenangan, sementara Brasil hanya membutuhkan seri untuk menghindari kekalahan dan untuk mengklaim gelar juara dunia.
Brasil memimpin segera setelah babak pertama lewat gol Friaça, tetapi Juan Alberto Schiaffino menyamakan kedudukan untuk Uruguay di pertengahan babak.
Alcides Ghiggia mencetak gol kemenangan saat pertandingan tersisa 11 menit. Brasil gagal dan kisah itu hingga kini dikenal sebagai salah satu gangguan terbesar dalam sejarah sepakbola Brasil.
Dan, kisah pilu di Stadion Maracanna 1950 itu, kembali terulang bahkan lebih menyakitkan. Di semfinal Piala Dunia 2014 di kandang sendiri, Brasil dan Jerman yang mencapai semi-final dengan rekor tak terkalahkan dalam kompetisi, di perempat final Brasil menyingkirkan Kolombia yang menyebabkan mereka kehilangan striker Neymar untuk cedera, dan bek dan kapten Thiago Silva ke akumulasi kartu kuning.
Meskipun kedua pemain andalan Brasil itu absen, pertandingan diharapkan tetap ketat, mengingat kedua tim adalah kekuatan Piala Dunia FIFA tradisional, yang berbagi delapan turnamen dengan kemenangan --Brasil lima dan Jerman tiga.
Wajar. Seluruh warga negara berharap Brasil ke final dan juara. Apalagi setelah sebelumnya kedua tim bertemu di Final Piala Dunia FIFA 2002, di mana Brasil menang 2-0 dan meraih gelar kelima mereka.
Namun, pertandingan ini berakhir dengan kekalahan mengejutkan bagi Brasil; Jerman memimpin 5-0 pada babak pertama, dengan empat gol dicetak dalam enam menit, dan kemudian membawa skor hingga 7-0 di babak kedua. Brasil mencetak gol hiburan di menit terakhir, mengakhiri pertandingan 7-1. Pemain Jerman Toni Kroos terpilih sebagai pemain terbaik.
Kekalahan Brasil memecahkan 62 pertandingan beruntun tak terkalahkan dalam pertandingan kompetitif sejak kekalahan di Copa America 1975 (ke Peru 1-3), menyamakan kekalahan terbesar mereka 6-0 ke Uruguay pada 1920, dan pecahnya rekor gol terbanyak yang pernah diberikan oleh Brasil dalam pertandingan internasional.
Pada akhirnya, pertandingan itu digambarkan sebagai penghinaan nasional. Permainan ini kemudian disebut oleh media internasional sebagai Meinirazo, membangkitkan semangat rasa malu nasional yang terjadi di Maracanazo (Maracanaço).
Bahkan, Brasil kemudian kehilangan tempat ketiga di playoff setelah kalah dari Belanda, dan Jerman kemudian memenangkan Piala Dunia untuk keempat kalinya setelah mengalahkan Argentina di Final Piala Dunia FIFA 2014.
Namun, tim kali ini, tim Brasil memiliki komposisi yang nyaris sama dengan materi 2014. Di mana hanya ada tiga pemain dari klub di liga tanah mereka (Brasil), sedangkan 2014 ada empat.
Fagner, yang bekerja dengan Tite waktu mereka bersama di Corinthians. Sementara di tempat lain, bos Brasil memilih Cassio (Corinthians), dan Pedro Geromel (Gremio).
Hanya tiga pemain yang bermain di Brasil dipilih oleh Tite, tim nasional akan, pada kenyataannya, terhindari dari julukan "paling tidak Brasil" sejak Piala Dunia mulai bermain.
Hingga saat ini, catatan tersebut adalah pada 2006 dan 2010, ketika hanya tiga pemain yang melakukan pertandingan mereka di Brasil dipanggil untuk turnamen.
Pada 2006, yang dipanggil adalah Rogerio Ceni dan Mineiro dari Sao Paulo dan Ricardinho dari Corinthians. Dan pada 2010, mereka adalah Robinho, yang berada di Santos, Kleberson dan Gilberto dari Cruzeiro Flamengo.
Piala Dunia "paling Brasil" adalah 1930, 1938, 1950, 1958, 1962, 1966, 1970, 1974 dan 1978, ketika skuad hanya terdiri dari pemain-pemain dari klub-klub Brasil, dan tidak ada "orang asing".
Rekor Putaran Final Piala Dunia FIFA | ||
1930 | Fase grup | |
1934 | Babak 1 | |
1938 | Peringkat 3 | |
1950 | Peringkat 2 | |
1954 | Perempat final | |
1958 | Juara | |
1962 | Juara | |
1966 | Fase grup | |
1970 | Juara | |
1974 | Peringkat 4 | |
1978 | Peringkat 3 | |
1982 | Babak 2 | |
1986 | Perempat final | |
1990 | 16 besar | |
1994 | Juara | |
1998 | Peringkat 2 | |
2002 | Juara | |
2006 | Perempat final | |
2010 | Perempat final | |
2014 | Peringkat 4 |
Daftar Pemain
Kiper: 1 - Alisson Becker (AS Roma), 16 - Cassio (Corinthians), 23 - Ederson Moraes (Manchester City)
Bek: 2 - Thiago Silva (PSG), 3 - Joao Miranda (Inter Milan), 4 - Pedro Geromel (Gremio), 6 - Filipe Luis (Atletico Madrid), 12 - Marcelo (Real Madrid), 13 - Marquinhos (PSG), 14 - Danilo (Manchester City), 22 - Fagner (Corinthians)
Gelandang: 5 - Casemiro (Real Madrid), 7 - Douglas Costa (Juventus), 8 - Renato Augusto (Beijing Guoan), 11 - Philippe Coutinho (Barcelona), 15 - Paulinho (Barcelona), 17 - Fernandinho (Manchester City), 18 - Fred (Shakhtar Donetsk), 19 - Willian (Chelsea)
Penyerang: 9 - Gabriel Jesus (Manchester City), 10 - Neymar (PSG), 20 - Roberto Firmino (Liverpool), 21 - Taison (Shakhtar Donetsk).