Bisnis.com, JAKARTA - Arsene Wenger kian menghadapi tekanan sekaligus gelombang kritik dari para mantan pemain, penggemar, dan media setelah tim asuhannya kalah 0-3 dari Crystal Palace, ketika masa kerja 20 tahunnya sebagai pelatoh Arsenal terlihat semakin terguncang.
Kekalahan itu, keempat secara beruntun dalam pertandingan tandang dan kekalahan pertama Wenger dari Palace, membuat Arsenal tercecer di posisi keenam di klasemen Liga Primer Inggris, dan kemungkinan besar tidak lolos ke di Liga Champions untuk pertama kalinya di bawah asuhan pria Prancis itu.
Namun, Wenger menjadi sasaran kritik lantaran kemerosotan tim, sehingga mantan penyerang Arsenal Ian Wright berkicau di akun Twitternya: "ruang ganti telah kalah."
Rekaman video di media sosial memperlihatkan para penggemar mengelilingi bus tim setelah pertandingan, dan melampiaskan kemarahan terhadap Wenger dan sejumlah pemain Arsenal.
Di dalam stadion, para penggemar Arsenal membentangkan spanduk-spanduk yang mendesak agar pelatih berusia 67 tahun itu didepak dan menyanyikan ye-yel: "Arsene Wenger, kami ingin Anda pergi."
Mereka juga menargetkan para pemain dengan bernyanyi, "Anda tidak layak mengenakan kaus itu."
Sebagian penggemar mencemooh bek Hector Bellerin ketika menghampiri untuk memberi salam, setelah peluit panjang berbunyi. Pemain 22 tahun itu menjadi sasaran bagi beberapa penggemar, yang pada fase awal pertandingan menolak memberi bola kepadanya saat bola ke luar lapangan.
Kapten Theo Walcott meminta maaf kepada para penggemar setelah Arsenal kemasukan tiga gol untuk pertandingan tandang keempat kalinya secara berturut-turut, dengan berujar: "Anda dapat merasakan sejak kick-off bahwa mereka menginginkan lebih."
Mantan pemain Liverpool, yang sekarang menjadi pengamat Sky TV, Jamie Carragher mengomentari, "Bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi? Kelihatannya para pemain Arsenal telah melepaskannya. Kemasukan tiga gol dalam empat pertandingan, memberi penampilan seperti itu," ujarnya.
Carragher mengambil garis dengan pertandingan terakhir Jose Mourinho sebagai manajer Chelsea, kalah 1-2 dari Leicester pada Desember 2015 yang memicu pemecatannya.
Banyak surat kabar Inggris berspekulasi bahwa kekalahan di markas Palace dapat mengunci nasib Wenger. The Times menulis bahwa Arsenal "dikecoh, kalah kelas, ketinggalan zaman. Saatnya sudah tiba bagi Arsene Wenger."
Wenger kembali menghadapi banyak pertanyaan mengenai masa depannya, mengklaim bahwa itu akan menjadi "tidak nyaman untuk berbicara mengenai saya."
Dia berada di bawah tekanan kuat untuk mengatakan apakah ingin bertahan ketika kontraknya habis dalam musim panas ini.
Pertandingan itu disaksikan ketua eksekutif Arsenal Ivan Gazidis, yang melakukan diskusi-diskusi dengan Wenger seputar masa depannya.
Pada Senin pagi Alisher Usmanov, yang memiliki 30 persen saham di klub, mengatakan kepada Bloomberg bahwa Wenger semestinya dipertahankan untuk satu posisi dan berkonsultasi perihal suksesornya.
Hasil pada Sabtu pekan lalu oleh tim yang terlihat tanpa kepemimpinan, mungkin mendorong masalah itu. Lima tim di atas Arsenal meraih kemenangan pada akhir pekan, dan satu-satunya peluang bagi klub untuk mendulang trofi musim ini adalah Piala FA, di mana mereka akan memainkan pertandingan semifinal yang sulit melawan Manchester City pada akhir bulan ini.
Salah satu rekor lain yang tidak diinginkan adalah untuk pertama kalinya di bawah asuhan Wenger adalah mereka dapat finis di bawah tim peringkat kedua Tottenham Hotspur di liga, untuk pertama kalinya sejak 1994-1995.
Saat ini 14 angka memisahkan mereka, di mana Spurs mengukir laju enam kemenangan beruntun.
Selama bertahun-tahun para penggemar Arsenal memiliki ejekan "Hari St. Totteringham", yakni titik di mana mustahil bagi Spurs untuk finis di atas mereka di klasemen.
Namun, peta kekuatan di London utara telah berubah, yang berarti kini para penggemar Spurs sangat menantikan pertandingan tandang Arsenal selanjutnya di liga, lawatan ke White Hart Lane pada 30 April 2017.