Bisnis.com, JAKARTA - Tunisia dan Maroko menyampaikan banding ke Pengadilan Arbitrase untuk Olahraga (CAS) di Swiss atas larangan keterlibatan mereka dalam Piala Afrika. Tunisia dilarang ikut Piala Afrika edisi 2017, sedangkan Maroko bahkan dilarang sebagai kontestan dua kali penyelenggaraan Piala Afrika.
Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) memerintahkan Tunisia untuk meminta maaf atas pernyataan federasi sepak bola negara tersebut yang menilai CAF melakukan kebohongan. Munculnya pernyataan keras Tunisia itu setelah Tunisia kalah dari tuan rumah Piala Afrika 2015 Guinea Khatulistiwa yang diwarnai penalti kontroversial di babak 8 besar.
Federasi sepak bola Tunisia menolak meminta maaf atas pernyataannya tersebut, sehingga CAF menetapkan sanksi tak boleh ikut Piala Afrika edisi 2 tahun mendatang.
Sementara itu Maroko dihukum dua kali tak boleh ikut serta dalam perhelatan Piala Afrika ke depan setelah negara itu meminta penundaan menyelenggarakan putaran final Piala Afrika yang dijadwalkan berlangsung pada Januari 2015 dengan alasan khawatir virus Ebola yang menyerang bagian barat Afrika menyebar ke negaranya.
Permintaan penundaan Maroko, yang seharusnya menyelenggarakan putaran final tersebut, ditolak oleh CAF dengan alasan belum pernah ada Piala Afrika ditunda dengan alasan apa pun sejak pertama kali digelar pada 1957.
Atas mangkitnya Maroko itu, akhirnya CAF mencari negara yang bersedia menggelar putaran final Piala Afrika dengan tepat waktu pada Januari 2015 dan akhirnya didapatkanlah Guinea Khatulistiwa.