Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Eks Ketum PSSI La Nyalla Sebut Gas Air Mata Pemicu Tragedi Kanjuruhan

Mantan Ketua Umum PSSI La Nyalla Mattalitti menyesalkan langkah pihak kepolisian dalam menangani kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (2/10/2022) malam.
Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022)/Antara
Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022)/Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Mantan Ketua Umum PSSI 2015-2016 La Nyalla Mahmud Mattalitti menyesalkan langkah pihak kepolisian dalam menangani kerusuhan laga Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (2/10/2022) malam.

La Nyalla Mattalitti mengatakan seharusnya polisi tak menembakkan gas air mata ke arah penonton, akibatnya terjadi kepanikan dan mereka berdesakan ingin keluar stadion.

Dia juga menekankan bahwa aturan FIFA jelas melarang penggunaan gas air mata dalam pertandingan sepak bola.

"Larangan penggunaan gas air mata itu telah diatur FIFA dan tertuang pada Bab III tentang Stewards, pasal 19 soal Stewards di pinggir lapangan. Jelas ditulis: Dilarang membawa atau menggunakan senjata api atau gas pengendali massa," jelas La Nyalla dalam keterangan tertulis, Minggu (2/10/2022).

La Nyalla menilai, tak ada koordinasi antara pihak penyelenggara dan keamanan. Padahal, lanjutnya, sebelum pertandingan harus ada komunikasi soal pengamanan antara panitia pelaksana [panpel] dengan pihak kepolisian.

"Entah apa alasan yang membuat polisi menembakkan gas air mata ke tribune, sehingga membuat kepanikan massal," ucap Ketua DPD tersebut.

La Nyalla menjelaskan, seharusnya strategi evakuasi yang utama adalah mengamankan pemain. Lanjutnya, pihak keamanan tinggal mencegah perusakan dan saling serang antara para suporter.

Selain itu, menurutnya, pihak keamanan juga harus memastikan pintu keluar atau jalur evakuasi dibuka.

"Semua pintu keluar dan jalur evakuasi dibuka untuk pengosongan stadion," ujarnya.

Tak lupa La Nyalla menyatakan belasungkawa kepada keluarga korban. Menurutnya, tragedi Kanjuruhan menambah catatan kelam persepak bolaan Indonesia. Oleh sebab itu, dia meminta setiap pemegang kepentingan untuk memastikan hal serupa tak terulang lagi.

"Kerusuhan sepak bola memang pernah terjadi. Tapi kejadian di Kanjuruhan ini sangat luar biasa, karena jumlah korban sangat besar. Sebuah catatan kelam bagi persepak bolaan nasional, bahkan dunia," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper