Bisnis.com, JAKARTA - Seorang pejabat eksekutif Olimpiade Tokyo, Haruyuki Takahashi, ditangkap pada Rabu (17/8) karena dicurigai menerima suap bersama tiga orang lain yang diduga terkait dengan skandal tersebut.
Seturut jaksa setempat, Takahashi diduga menerima suap sebesar 51 juta yen (sekira Rp5,59 miliar) dari ritel bisnis kelas atas Aoki Holdings, yang menjadi salah satu sponsor resmi Olimpiade Tokyo 2020 yang digelar tahun lalu.
Pria berusia 78 tahun itu ditangkap bersama mantan petinggi Aoki Hironori Aoki (83) dan dua orang lainnya yang merupakan pejabat eksekutif serta mantan pejabat eksekutif perusahaan tersebut, demikian laporan AFP berdasar dokumen Kantor Kejaksaan Tokyo, Kamis.
Takahashi dituduh menerima suap "dengan pengertian bahwa itu dimaksudkan sebagai uang terima kasih atas perlakuan yang menguntungkan dan istimewa" yang diberikannya kepada Aoki.
Menurut jaksa Takahashi diyakini menerima total 51 juta yen (setara Rp5,59 miliar dengan kurs hari ini) yang ditransfer ke rekening bank perusahaan yang dia kelola melalui lebih dari 50 transaksi dalam rentang waktu Oktober 2017 s.d. Maret 2022.
Aoki Holding telah mengeluarkan pernyataan resmi untuk meminta maaf atas "masalah besar" yang ditimbulkan karena penangkapan tersebut dan mengatakan bahwa perusahaan "menganggap serius masalah ini".
"Kami akan terus bekerja sama sepenuhnya dengan penyelidikan yang dilakukan pihak berwenang," tulis pernyataan tersebut.
Media-media Jepang melaporkan bahwa penangkapan dilakukan setelah bulan lalu kediaman Takahashi di Tokyo digerebek oleh penyelidik. Penggeledahan juga dilakukan di rumah mantan pimpinan Aoki serta kantor panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 yang sudah dibubarkan.
Takahashi merupakan bekas petinggi eksekutif agensi periklanan Jepang terbesar, Dentsu, sebelum bertugas di kepanitiaan Olimpiade Tokyo sejak Juni 2014.
Selama itu, Takahashi kerap dilaporkan sebagai pegawai sipil teladan yang tidak diperbolehkan menerima uang maupun hadiah atas jabatannya.
Panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo sudah berhenti beroperasional, tapi masih berfungsi untuk mengurus aset dan kewajiban.
Aoki menjadi sponsor Olimpiade Tokyo, berhak atas penggunaan logo event dan penjualan produk-produk berlisensi pesta olahraga yang harus tertunda setahun dan digelar tanpa penonton karena pandemi COVID-19 itu.
Kasus ini menambah panjang dugaan ketidakwajaran terkait Olimpiade Tokyo, sebab kejaksaan Prancis juga telah meluncurkan penyelidikan atas dugaan korupsi terkait pencalonan tuan rumah Tokyo yang diajukan pada 2016.
Tsunekazu Takeda menanggalkan jabatan Kepala Olimpiade Jepang pada 2019 setelah pihak berwenang Prancis menyelidiki keterlibatannya pembayaran yang dilakukan sebelum Tokyo ditunjuk sebagai tuan rumah.