Bisnis.com, JAKARTA – Pesenam Putri DKI Jakarta Rifda Irfanaluthfi turut merespon keputusan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang mengurangi jumlah atlet untuk berlaga ke Sea Games Vietnam.
Dia mengakui cukup terkejut terkait dengan penurunan dari jumlah atlet yang dikirim saat Sea Games 2019 di Filipina, sebab dikatakan bahwa keputusan tersebut dianggap mendadak.
“Kebijakan baru dari kemenpora ini jujur membuat kaget, padahal banyak yang sudah mempersiapkan diri untuk berlaga di Sea Games, tetapi ternyata ada pemangkasan atlet yang berangkat,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (14/4/2022).
Sekadar informasi, Dalam Sea Games edisi ke-31 ini Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali telah memutuskan akan mengirim 31 cabang olahraga (cabor). Dari 31 cabor tersebut total atlet yang akan diberangkatkan adalah 476 atlet, 207 ofisial, dan 55 tenaga pendukung.
Ini penurunan dari jumlah atlet yang dikirim saat Sea Games 2019 di Filipina. Ketika itu Indonesia mengirim 841 atlet, 308 ofisial, dan 168 tenaga pendukung. Hasilnya meraih 72 emas, 84 perak, dan 111 perunggu.
Pengurangan jumlah atlet yang dikirim ini berpotensi membuat 30 medali melayang. Namun Amali percaya, berdasarkan kajian tim independen, bahwa perolehan medali di Hanoi tidak akan terpaut terlalu jauh.
Amali juga menegaskan tidak akan ada atlet atau cabang olahraga yang berangkat lewat jalur mandiri. Hanya atlet yang telah diumumkan oleh pemerintah saja yang akan didaftarkan ke panitia Sea Games 2021 (2022).
Kendati demikian, Rifda mengamini bahwa memang ada banyak cabor yang tidak diberangkatkan, hal ini karena menurutnya atlet yang diberangkatkan hanya mereka yang berpeluang meraih medali emas.
“Untuk tim senam artistik putri saja tim saya sendiri dipangkas, tim senam artistik putri dari 6 orang menjadi 2 orang pesenam begitu juga senam artistik putra dipangkas dan tersisa 2 orang pesenam juga sehingga kami hanya turun di nomor individual dan tidak turun nomor beregu,” tuturnya.
Rifda pun menekankan bahwa dirinya tidak merespon atlel atau cabor yang tidak diberangkatkan, tetapi lebih berfokus terhadap hak atlet untuk mendapatkan kesempatan untuk bertanding di banyak event besar agar memiliki pengalaman.
“Karena dari sana [pertandingan] juga juga ajang atlet pelatih melihat teknik, taktik, strategi lawan yang bagus dan dijadikan bahan pembelajaran, evaluasi dan pertimbangan agar lebih baik kedepannya,” katanya.
Dia mengatakan bahwa setiap atlet telah melalui seleksi untuk bisa diberangkatkan ke Sea Games 2021 sehingga apabila pemerintah mengincar prestasi direkomendasikan untuk merujuk pada rekam jejak setiap cabor agar atlet yang tidak diberangkatkan dapat berfokus ke event lain.
“Sebenarnya, banyak atlet yang mengorbankan kuliah untuk fokus latihan persiapan Sea Games, tetapi last minute justru [yang berangkat] dibatasi,” katanya.
Kendati demikian, Rifda memahami tujuan pengurangan pengiriman atlet ke SEA Games salah satunya adalah agar tidak banyak dana yang keluar sia-sia, sebab berfokus untuk memberangkatkan atlet yang berpeluang medali emas.
Namun, dia melanjutkan dengan begitu dampaknya hanya sedikit atlet Indonesia yang memiliki pengalaman bertanding di event besar karena yang diberi kesempatan hanya yang berpeluang medali emas, sedangkan banyak yang masih butuh pengalaman agar mentalnya terlatih saat berhadapan dengan lawan dari berbagai negara.
“Karena pengalaman adalah guru terbaik. Menurut saya atlet Indonesia masih kurang pengalaman bertandingnya, di cabang olahraga saya saja pertandingan di Indonesianya cuma ada 02SN & POPNAS untuk kategori junior, PORPROV juga jarang, untuk senior [berangkat] PON saja. selebihnya tidak ada pertandingan. Terbayang bagaimana atlet Indonesia butuh pertandingan event besar, karena di Indonesia sendiri sedikit pertandingannya,” katanya.
Adapun, Rifda pun berharap, apabila agenda Pemerintah memutuskan untuk hanya menurunkan atlet yang berpeluang medali, maka diharapkan pemerintah dapat mendukung kebutuhan atlet untuk bertanding di single event, hal ini dimaksudkan agar mereka memiliki banyak pengalaman dan menjadi lebih matang untuk berprestasi di agenda selanjutnya.
“Kemenpora, Pengurus Besar dapat memperbanyak membuat kejuaraan di Indonesia tidak hanya 02SN POPNAS untuk junior dan PON untuk senior, tetapi ada kejuaraan lain sehingga persaingan di Indonesia kuat untuk kategori junior maupun senior sehingga setiap atlet makin matang,” kata Rifda.