Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PON Papua 2020, Indonesia Bisa Belajar dari Pelaksanaan Olimpiade Tokyo

Perhelatan PON XX di Papua bisa banyak belajar dari penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020 yang dinilai berjalan sukses.
PON Papua/Antara
PON Papua/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Perhelatan PON XX di Papua akan berlangsung  pada 2-15 Oktober 2021 di tengah pandemi Covid-19.

Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Heri Akhmadi mengatakan perhelatan PON XX di Papua bisa banyak belajar dari penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020 yang dinilai berjalan sukses.

Menurutnya, perhelatan akbar 4 tahunan bisa berjalan sukses karena tetap tunduk pada ketentuan state of emergency.

“Tidak ada perubahan status di Jepang saat pelaksanaan Olimpiade Tokyo, PPKM-nya kalo disini. Semua status, protokol tunduk pada ketentuan status state of emergency,” ujar Heri dalam diskusi virtual ‘Persiapan Protokol Kesehatan PON XX Papua’ yang disiarkan Youtube BNPB, Rabu (15/9). 

“Ada ketentuan tidak boleh kumpul sekian orang, tidak boleh kegiatan bersama. Itu jadi dasar pelaksanaan Olimpiade Tokyo bisa sukses terlaksana,” ucapnya

Heri mengatakan, semua ketentuan pelaksanaan Olimpiade diatur oleh National Olympic Comitee (NOC). Mereka semua yang mengatur mengenai penerapan protokol kesehatan (Prokes) secara ketat selama berlangsungnya Olimpiade.

“Siapa yang diberikan akses masuk ada di tangan NOC. Jadi di tingkat pusat ada panitianya, di tingkat nasional ada NOC. Semua kontrol ada di sana,” kata Heri Akhmadi.

“Jadi kerja sama dengan Satgas Covid-19 dalam pelaksanaan PON XX ini sangat penting. Itu punya pengaruh signifikan,” tutur Heri.

Dikatakan, ada beberapa tahapan terkait penyelenggaraan Olimpiade Tokyo. Dimulai dari pra keberangkatan, semua atlet wajib divaksin dan monitoring kesehatan 14 hari sebelum berangkat ke Jepang. Seperti cek suhu harian, cek ada tidaknya gejala Covid-19 dan tes PCR 3X24 Jam  sebelum berangkat.

Setelah tiba di Jepang, Heri menjelaskan bahwa atlet dibatasi ruang geraknya, termasuk di ruang makan. Karena Indonesia masih zona merah atau emergency yang tinggi, maka tidak boleh disatukan dengan atlet-atlet lain pada 4 hari pertama.

“Jadi prosesnya seperti bubble. Di bandara tidak ada persinggungan sama sekali. Bahkan kami tim penjemput pun harus mengambil jarak 2 meter. Kami pun tidak diperkenankan ikut rombongan bersama para atlet,” ungkap Heri. 

Lebih lanjut, Heri menuturkan atlet masing-masing langsung masuk ke wisma wisma atlet dan tidak bisa banyak bersinggungan dengan atlet yang lain pada awal awal kedatangan ini. Baru kemudian setelah beberapa hari dibolehkan untuk berinteraksi. Itu pun para atlet diwajibkan tes Saliva PCR tiap hari. 

Wilayah edarnya para atlet pun terbatas. Sebab, mereka dilarang keluar dari atlet village. Jika pun keluar hanya ke tempat pertandingan dan latihan dengan menggunakan kendaraan yang sudah disediakan panitia.

Di samping itu, setiap kontingen atlet dibekali aplikasi untuk melacak keberadaan para atlet. Atlet yang melanggar disiplin terpaksa harus dipulangkan.

“Itulah rentetan aturan di sana. Ini yang membuat atlet stress,” ujar Heri.

Menurut Heri, dari sekitar 12 ribu atlet yang berlaga di Olimpiade Tokyo, hanya ada sekitar 36 yang terpapar Covid-19.

“Termasuk Praveen Jordan (atlet bulutangkis Indonesia) yang ternyata negatif setelah 2 hari atau false,” tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Indra Gunawan
Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper