Bisnis.com, JAKARTA -- Ghana memutuskan untuk membubarkan asosiasi sepak bola nasionalnya sehari setelah sejumlah pejabat, termasuk presiden asosiasi terkait, masuk dalam film dokumenter mengenai penyuapan.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Informasi Ghana Mustapha Abdul-Hamid, seperti dilansir Reuters, Jumat (8/6/2018).
Dalam pernyataannya, dia mengatakan pemerintah marah dan terkejut dengan isi film dokumenter tersebut serta akan menyerahkan pihak yang dicurigai kepada polisi untuk diperiksa.
"Terkait kebusukan yang meluas dan melibatkan pejabat utama Ghana Football Association (GFA), pejabat National Sports Authority (NSA), komisioner pertandingan, administrator sepak bola dan wakit, pemerintah memutuskan untuk segera mengambil langkah membubarkan GFA," papar Abdul-Hamid.
Dia menerangkan pemerintah akan segera mengumumkan langkah lanjutan untuk mengelola aktivitas sepak bola di negara Afrika Barat itu hingga asosiasi baru terbentuk.
Adapun film dokumenter tersebut berjudul "When Greed and Corruption Become the Norm". Film berdurasi dua jam itu dibuat oleh wartawan Anas Aremeyaw Anas, yang menyamar.
Film buatan Anas ini diserahkan ke otoritas terkait pada bulan lalu sebelum ditayangkan secara terbatas untuk publik pertama kalinya pada Rabu (6/6).
Presiden GFA Kwesi Nyantakyi, yang juga anggota badan legislatif FIFA, tidak memberikan respons atas permintaan tanggapan terkait kasus ini. Adapun GFA menegaskan bakal bekerja sama dengan penyelidikan yang dilakukan.
Dalam film itu, Nyantakyi terlihat menerima suap sebesar US$65.000, sekitar Rp901 juta, dari seorang pebisnis yang ingin mensponsori liga sepak bola Ghana. Penyuapan itu terjadi di sebuah kamar hotel.
Tim nasional (timnas) sepak bola Ghana saat ini berada di peringkat 47 dunia. Setelah berhasil masuk Piala Dunia 2006, Piala Dunia 2010, dan Piala Dunia 2014, tapi Ghana gagal lolos kualifikasi Piala Dunia 2018.