Bisnis.com,JAKARTA - Sabtu (12/10/2013), hujan mengguyur Gelora Bung Karno Jakarta. Stadion megah, yang dibangun di era Presiden Soekarno pada pertengahan 1958 dan penyelesaian fase pertamanya pada kuartal ketiga 1962, disesaki puluhan ribu manusia yang mengenakan kaus berwarna merah. Bendera merah putih ukuran raksasa pun terlihat. Pertandingan ini dimulai pukul 13.00 WIB. Siaran langsung SCTV.
"Ayo…ayo Indonesia…Ku ingin kita harus menang …Yo Ayo…" Terdengar, menggema seakan ingin meruntuhkan stadion, yang dibangun sebagai kelengkapan sarana dan prasarana dalam rangka Asian Games 1962 di Jakarta. Mereka menyanyikan lagu itu sambil mengibarkan bendera merah putih.
Evan Dimas cs, yang diasuh pelatih asal Sumatra Barat, Indra Sjafri dan tim Ksatria Taeguk (Korsel) asuhan pelatih Kim Sang Ho, memasuki lapangan. Jarum jam menunjukkan pukul 19.30 WIB. Hujan masih turun, rintik-rintik.
Yel-yel Indonesia…Indonesia…Disertai alunan lagu Ayo Indonesia Kita Harus Menang terus menyesaki ruang stadion yang pembangunannya didanai dengan kredit lunak dari Uni Soviet sebesar US$12,5 juta yang kepastiannya diperoleh pada 23 Desember 1958.
Ada khawatir dalam diri para pendukung Indonesia. Korsel bukan lawan ringan. Reputasi sepakbola mereka sudah di level dunia. Indonesia membutuhkan kemenangan agar lolos otomatis ke putaran final Piala AFC U-19 2014 di Myanmar.
Tak sia-sia. Stadion seperti akan meledak. Pada menit 30, saat yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Berawal dari crossing Ilham Udin Armaiyn, Evan Dimas mampu menjebol gawang Korea Selatan yang dikawal Lee Taehui, 1-0 untuk Indonesia.
Baca Juga
Setelah bertarung dengan gagah berani dan mendapat dukungan puluhan ribu suporter, Indonesia akhirnya menyudahi perlawanan Korea Selatan 3-2. Evan Dimas lolos ke putaran final di Myanmar sekaligus menjadi penguasa Grup G. Ketiga gol Indonesia diborong oleh Evan Dimas.
Sukses itu meneruskan capaian prestasi sebelumnya. Evan Dimas dan kawan-kawan menjuarai Piala AFF U-19 pada 22 September 2013. Mereka mengalahkan Vietnam melalui adu pinalti (7-6).
Kini, di babak kualifikasi Piala AFC U-19, Garuda Muda kembali akan menghadapi Kesatria Taguk Muda. Tepatnya pada Sabtu (4/11/2017) di Stadion Paju Public, Paju, Korsel. Mampukah Egy Maulana -- kini salah satu dari empat pencetak gol terbanyak dari semua grup babak penyisihan Piala AFC U-19 dengan emapt gol-- dan kawan-kawan mengulangi kisah Evan Dimas cs pada 2013?
Situasi kali ini,jelas berbeda dengan keadaan 2013. Evan Dimas cs bermain di kandang sendiri. Sebaliknya, Egy Maulana Vikri bermain di kandang Korsel. Bagi Korsel, mengalahkan Indonesia menjadi keharusan dalam upaya lolos ke putaran final Piala AFC U-19 yang akan digelar tahun depan di Indonesia.
Bagi Indonesia, kalah menang, tidak terlalu menjadi persoalan. Sebabagi tuan rumah putaran final, hasil di babak kualifikasi tidak mempengaruhi Indonesia untuk tampil di puataran final. Itu mengapa, bagi Korsel, Indonesia salah satu tim yang harus dikalahkan.
Penampilan Indonesia, bisa jadi, akan tanpa beban. Indonesia bisa tampil lebih tertata dan tenang. Lantaran, kepastian tampil di putaran final sudah di tangan. Sebaliknya, bagi Korsel, tidak. Mereka harus berjuang, setidaknya untuk meraih predikat salah satu runner up terbaik dari semua grup kualifikasi. Kondisi itu, bisa jadi, menjadi penguat semangat tim Indonesia untuk tampil lebih rileks dan solid, yang membuat Korsel berjuang keras.
Jika Evan Dimas bisa, Egy Maulana pun pasti bisa…Ayo Kita Haurs Menang.