Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

COPA AMERICA: 4 Pelatih Argentina di Semifinal, Bukti Kualitas Tango

Keempat tim semifinalis Copa America 2015 di Chile menggunakan jasa pelatih asal Argentina. Tuan rumah ditukangi oleh Jorge Sampaoli, Peru ditangani Ricardo Gareca, Paraguay dipoles oleh Ramon Diaz, dan Argentina sendiri di bawah arahan Gerardo Martino.
Pelatih Timnas Peru asal Argentina Ricardo Gareca/HoyVenezuela.info
Pelatih Timnas Peru asal Argentina Ricardo Gareca/HoyVenezuela.info

Bisnis.com, JAKARTA - Keempat tim semifinalis Copa America 2015 di Chile menggunakan jasa pelatih asal Argentina. Tuan rumah ditukangi oleh Jorge Sampaoli, Peru ditangani Ricardo Gareca, Paraguay dipoles oleh Ramon Diaz, dan Argentina sendiri di bawah arahan Gerardo Martino.

Kenyataan itu mengindikasi bahwa Argentina sedang dalam posisi paling atas di ranah Amerika Selatan, meninggalkan sesama juara dua kali Piala Dunia Uruguay serta melewati Brasil yang juara dunia lima kali.

Terlepas dari kontroversi perilaku bek Chile Gonzalo Jara yang melakukan provokasi kotor terhadap Edinson Cavani sehingga striker Uruguay itu dikeluarkan dari lapangan dalam laga perempat final yang dimenangi Chile 1-0 dengan gol yang terjadi setelah lawan bermain dengan hanya 10 orang, Sampaoli layak menatap trofi pertama Copa America untuk skuat berjuluk La Roja.

Sampaoli akan tercatat dalam sejarah sepak bola Chile karena sebagai negara yang pertama kali menggelar Copa America pada 1916 bersama Argentina, Brasil, dan Uruguay, mereka belum satu kali pun mampu meraih gelar juara Copa America, termasuk ketika memiliki skuat terbaik di era awal 1960-an di mana saat itu Chile menduduki peringkat ketiga Piala Dunia 1962.

Karier Jorge Luis Sampaoli Moya sebagai pemain sangatlah singkat. Dia hanya punya catatan selama 2 tahun sebagai pemain klub Argentina Newell’s Old Boys saat berusia belasan tahun pada 1977 hingga 1979 dan petualangannya sebagai pemain bola terhenti akibat cedera parah di bagian kaki sehingga pensiun dalam usia 19 tahun.

Sampaoli baru mulai menjadi pelatih pada 2002. Beberapa klub ditanganinya sebelum dipercaya menukangi Timnas Chile. Beberapa klub yang sempat menggunakan jasanya ialah Juan Aurich, Sport Boys, Coronel Bolognesi, dan Sporting Cristal (Peru), Emelec (Ekuador), serta O’Higgins dan Universidad de Chile (Chile).

Kesuksesan membawa Universidad de Chile menjuarai liga domestik dan Copa Sudamericana membuat Federasi Sepak Bola Chile menunjuknya sebagai pelatih Timnas Chile sejak 3 Desember 2012.

Sementara itu pelatih Peru Ricardo Gareca merupakan striker Timnas Argentina era 1981-1986. Pelatih yang penampilannya mirip dengan pelatih yang membawa Argentina jadi juara Piala Dunia 1978 Cesar Luis Menotti ini sempat memperkuat skuat senior Tango sebanyak 20 kali dan mencetak 5 gol.

Lahir di Tapiales, Argentina, 57 tahun silam, Ricardo Alberto Gareca pernah memperkuat sejumlah klub besar negara asalnya yakni Boca Juniors, River Plate, Velez Sarsfield, dan Independiente, serta klub Kolombia America de Cali.

Sebagai pelatih, sejak 1996 dia menangani sejumlah klub besar di antaranya Independiente, Argentinos Juniors, Quilmes (Argentina), America de Cali, Independiente Santa Fe (Kolombia), Club Universitario (Peru), dan Palmeiras (Brasil) sebelum dipercaya menangani Peru sejak Februari 2015.

Sementara itu pelatih Paraguay Ramon Diaz merupakan tandem pemain legendaris Diego Maradona sejak remaja hingga di timnas senior Argentina.

Indonesia punya kenangan tersendiri dengan Ramon Diaz saat dia mencetak hattrick ke gawang Garuda Muda dalam putaran final Piala Dunia U-20 di Jepang pada 1979. Ketika itu Argentina menang 5-0 atas Indonesia dan dua gol lainnya dicetak Maradona. Diaz lalu menjadi top skor turnamen dengan 8 gol.

Lahir di La Rioja, Argentina, 29 Agustus 1959, striker bernama lengkap Ramon Angel Diaz ini bermain di sejumlah klub besar seperti River Plate (Argentina), Napoli, Avellino, Fiorentina, Inter Milan (Italia), AS Monaco (Monako/Prancis) sebelum balik ke River Plate dan kemudian menutup karier sebagai pemain dengan merumput bersama klub Jepanag Yokohama Marinos.

Untuk Timnas Argentina, Ramon Diaz bermain 22 kali dan mencetak 10 gol selama 1979 hingga 1982 termasuk gol yang dicetaknya ketika kalah dari Brasil 1-3 di putaran final Piala Dunia 1982 di Spanyol.

Sebagai pelatih, dia juga menangani klub-klub besar di antaranya River Plate, San Lorenzo, Independiente (Argentina), dan Club America (Meksiko). Di antara empat pelatih tim semifinalis Copa America 2015 ini, Ramon Diaz jelas punya karier paling mentereng.

Satu lagi pelatih tim semifinalis ialah Gerardo Martino. Pelatih Timnas Argentina berusia 52 tahun itu punya catatan satu kali memperkuat Timnas Argentina.

Namanya menjadi dikenal seantero dunia lantaran melatih klub Spanyol FC Barcelona pada musim 2013-2014, sayangnya kariernya di klub dengan bintang Lionel Messi itu berakhir tanpa satu trofi pun.

Sebagai pemain di juga sempat bermain untuk Barcelona, namun yang ini ialah klub Ekuador Barcelona SC yang bermarkas di Stadion Monumental Banco Pichincha di Kota Guayaquil. Di klub itulah dia mengakhiri kariernya sebagai pemain.

Sebelumnya Martino memperkuat Newell's Old Boys, Lanus (Argentina), Tenerife (Spanyol), dan O’Higgins (Chile).

Adapun sebagai pelatih, Martino sempat menukangi Timnas Paraguay pada 2006 hingga 2011. Jadi, sebagian pemain yang bakal menjadi lawan anak asuhnya di semifinal Copa America 2015 adalah juga mantan anak didiknya.

Dia menjadi pelatih Timnas Argentina pada 12 Agustus 2014 menggantikan Alejandro Sabella yang sukses membawa tim Tango menjadi runner up Piala Dunia 2014 di Brasil.

Di level klub, Martino juga sempat menangani beberapa klub kondang antara lain Newell's Old Boys dan Colon (Argentina) serta Libertad dan Cerro Porteno (Paraguay).

Sebenarnya masih ada dua lagi pelatih berdarah Argentina yang menjadi pelatih tim yang bertarung di Copa America 2015, sehingga totalnya 6 dari 12 tim kontestan turnamen ini berdarah Argentina.

Jose Pekerman, yang juga mantan pelatih Timnas Argentina pada 2004-2006 dan memberi Lionel Messi debut di timnas senior pada 2005, kini membawa Kolombia ke Chile. Namun Kolombia sudah kandas akibat kalah adu penalti dalam perempat final dari Argentina.

Satu lagi pelatih berdarah Argentina ialah Gustavo Quinteros, pelatih Ekuador. Namun, meski berdarah Argentina, Quinteros beralih kewarganegaraan untuk memperkuat Timnas Bolivia. Sebagai pemain belakang, dia main untuk Timnas Bolivia dalam 26 pertandingan dan ikut mencetak satu gol sepanjang 1993-1999.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper