Bisnis.com, JAKARTA - Laga Prancis vs Maroko di semifinal Piala Dunia 2022 menunjukkan hal yang cukup kontras dalam skuad masing-masing. Prancis dijejali pemain imigran, sementara Maroko mengandalkan pemain diaspora.
Prancis vs Maroko bakal tersaji pada semifinal Piala Dunia 2022, Kamis (15/12/2022) dini hari WIB.
Prancis mengalahkan Inggris (2-1) di babak perempat final, sementara Maroko tampil heroik dengan memulangkan Portugal (1-0).
Pertemuan Prancis dan Maroko di semifinal Piala Dunia 2022 ini makin menarik jika melihat latar belakang pemain dalam skuad masing-masing.
Prancis didominasi pemain yang berasal dari keluarga imigran. Sebut saja nama Kylian Mbappe, Eduardo Camavinga, Aurelien Tchouameni, atau Ousmane Dembele yang tak "asli" berdarah Prancis.
Budaya mengandalkan pemain imigran di timnas Prancis bukan baru kali ini saja terjadi. Contoh paling nyata adalah pada Piala Dunia 1998 ketika Zinedine Zidane mengantarkan Les Bleus menjadi juara di rumah sendiri.
Baca Juga
Zidane merupakan pemain berdarah campuran Aljazair yang mengharumkan nama Prancis. Bahkan eks pelatih Real Madrid ini dianggap sebagai ikon pemersatu imigran dan pribumi di Negara Eiffel tersebut.
Banyaknya pemain imigran di timnas Prancis memang sudah direncanakan oleh Federasi Sepak Bola Prancis (FFF).
Usai gagal di Piala Dunia dan Piala Eropa medio 1960 hingga 1974, FFF lantas membuat banyak akademi sepak bola.
Akademi ini memberi penawaran anak-anak imigran dari bekas negara jajahan, seperti Aljazair, Maroko, hingga Tunisia.
Meski kehadiran orang-orang dari luar Prancis itu sempat dipandang sebelah mata, nyatanya para imigran itu yang menjadi tulang punggung Tim Ayam Jantan hingga kini.
Kylian Mbappe, misalnya, merupakan pemain yang lahir dari ayah warga Kamerun dan ibu asal Aljazair. Meski lahir dan besar di Prancis, Mbappe tak punya darah pribumi dalam dirinya.
Lebih mencengangkan lagi, pada Piala Dunia 2018 kala Prancis menjadi juara, 15 pemain dalam skuad mereka lahir dari rahim imigran.
"Mereka semua orang Prancis dan bangga menjadi orang Prancis. Tetapi, mereka punya asal, teman, dan kerabat yang berasal dari negara Afrika. Jadi mereka pasti punya keterikatan dengan negara-negara itu," ujar pelatih Prancis, Didier Deschamps, pada 2018.
Hal kontras terlihat di tim Maroko. Banyak pemain dalam skuad Atlas Lions kini dihuni pemain diaspora atau berasal dari negara-negara lain.
Pelatihnya saja, Walid Regragui, tidak lahir dan besar di Maroko. Regragui justru lahir di tim yang akan dihadapinya di semifinal Piala Dunia 2022, Prancis.
"Hari ini kami telah menunjukkan bahwa setiap orang Maroko adalah orang Maroko. Ketika dia datang ke tim nasional dia ingin mati, dia ingin berjuang. Sebagai pelatih, saya lahir di Prancis, tetapi hati saya untuk negara saya (Maroko)," ujar Walid Regragui.
Dari data yang dihimpun Reuters, 14 dari 26 pemain Maroko di Piala Dunia 2022 lahir di luar negeri. Hal itu menjadikan Maroko sebagai tim diaspora terbesar di turnamen ini.
Hal itu memberikan campuran pemain lokal dan pemain yang tumbuh di komunitas migran di Eropa dan benua lain, sehingga membantu timnas Maroko membuka jalan baru.
Dari jajaran pemain, nama Hakim Ziyech, Yassine Bounou, Achraf Hakimi, Zakaria Aboukhlal, Sofiane Boufal, dan Sofyan Amrabat merupakan pemain yang "diambil" dari negara lain.
Bounou lahir di Kanada, Hakimi lahir di Spanyol, Boufal lahir di Prancis, sementara Amrabat dan Ziyech lahir di Belanda.
Beberapa dari mereka bahkan sempat bermain di timnas kelompok umur negara lain. Misalnya saja Amrabat, Ziyech, dan Boukhlal yang pernah membela timnas Belanda junior.
Maroko, dalam sebuah studi Dewan Komunitas Maroko di Luar Negeri, merupakan salah satu populasi migran terbesar di Eropa.
Noureddine Moukrim, pencari bakat timnas Maroko, mengatakan pihaknya selalu membuka pintu untuk pemain dari luar negeri jika mau bergabung.
"Para pemain didekati dari awal untuk menarik mereka ke tim Maroko. Kami tidak pernah memaksakan sesuatu, ini adalah diskusi yang jujur dengan pemain dan keluarganya," ujar Noureddine Moukrim.
Hal itu memang sempat memicu kontroversi di dalam negeri. Banyak pihak menyayangkan kebijakan timnas Maroko memanggil pemain yang lahir di luar negeri alih-alih memaksimalkan pemain pribumi.
Namun, Amrabat yang merupakan pemain andalan Maroko di lini tengah, meyakinkan nasionalismenya untuk Singa dari Atlas itu.
"Orang tua saya orang Maroko dan kakek nenek saya orang Maroko. Setiap kali saya pergi ke sana saya tidak bisa menggambarkan perasaan di dalam diri saya dengan kata-kata, itu rumah saya. Belanda juga rumah saya, tetapi Maroko istimewa," kata Amrabat.