Bisnis.com, JAKARTA – Pelatih Tim Nasional (Timnas) Indonesia Shin Tae-yong menyampaikan pemain Tanah Air masih memiliki sejumlah kebiasaan yang perlu diubah agar kualitas permainan ke depan menjadi lebih baik.
Hal ini disampaikan olehnya saat menjadi tamu di siniar (podcast) Close The Door: Deddy Corbuzier yang ditayangkan pada Selasa (11/1/2022).
Di dalam siniar yang telah ditonton lebih dari 4 juta kali ini, Shin mengatakan bahwa ada tiga kekurangan akan pemain di Indonesia yang masih dapat diperbaiki.
“Ada tiga hal yang digarisbawahi [menjadi kekurangan pemain], yang pertama adalah mental profesioanalisme [masih] kurang, [nutrisi] makanan, dan weight training,” ujarnya di Podcast Close The Door milik Deddy Corbuzier, Selasa (11/1/2022).
Pelatih asal Korea Selatan (Korsel) tersebut tidak menjelaskan terlalu banyak tentang apa yang dimaksud dengan mental profesionalisme para pemain Indonesia. Namun, untuk makanan, banyak sekali makanan yang di goreng, termasuk gorengan sebagai makanan favorit.
Menurutnya, orang Indonesia juga terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat, padahal seorang atlet atau calon atlet seharusnya makan lebih banyak protein.
Baca Juga
Penyebabnya, protein sangat dibutuhkan oleh tubuh seorang atlet untuk kekuatan dan atlet juga seharusnya perlu menghindari makanan manis karena akan membuat lemas.
Jika sedang karantina, Shin mengakui bahwa dirinya akan dapat mengontrol anak-anak asuhnya, tetapi di luar karantina, hal tersebut sulit untuk dilakukan.
Dia melanjutkan, mengubah pola makan merupakan salah satu program yang sedang upayakan untuk merubah polal hidup atlet timnas, agar menjadi lebih baik.
Selain kedua hal di atas, Shin juga menggarisbawahi satu hal yang bersifat tekhnik, yaitu mengenai weight training, sebab banyak pemain Indonesia tidak memahami pentingnya untuk weight training, hal ini akan sangat bermanfaat ketika seorang atlet bertanding di lapangan.
“Mereka sama sekali tidak mengetahui pentingnya weigth training untuk sepak bola, hal ini bisa digunakan untuk ketahanan tubuh ketika berbenturan dengan lawan, karena bila tidak melakukan itu [weigth training] tubuh mudah cedera saat ada benturan di lapangan. Selanjutnya, [potensi] permainan jadi tidak keluar secara optimal,” tuturnya.
Shin mengakui memang semenjak datang ke Indonesia, banyak yang tidak paham mengenai mendesaknya latihan tersebut.
“Saya merasakan banyak sekali orang Indonesia tidak tahu kenapa harus latihan berat, sebenarnya di Eropa sangat-sangat penting untuk main bola,” tutur Shin.