Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

CHILE Juara Copa America, Sikat Argentina 4-1 Lewat Adu Penalti

Chile akhirnya berhasil mendapatkan trofi turnamen besar pertamanya sepanjang sejarah setelah menundukkan Argentina dengan skor 4-1 lewat adu penalti dalam final Copa America 2015 di Stadion Nasional Chile (Julio Martinez Pradanos) di Santiago pada Minggu pagi WIB (5/7/2015).
Para pemain Chile merayakan gelar juara Copa America 2015 setelah menundukkan Argentina di final dengan skor 4-1 lewat adu penalti/Reuters-Marcos Brindicci
Para pemain Chile merayakan gelar juara Copa America 2015 setelah menundukkan Argentina di final dengan skor 4-1 lewat adu penalti/Reuters-Marcos Brindicci

Bisnis.com, JAKARTA - Chile akhirnya berhasil mendapatkan trofi turnamen besar pertamanya sepanjang sejarah setelah menundukkan Argentina dengan skor 4-1 lewat adu penalti dalam final Copa America 2015 di Stadion Nasional Chile (Julio Martinez Pradanos) di Santiago pada Minggu pagi WIB (5/7/2015).

Timnas Chile selama ini belum pernah meraih gelar juara satu kali pun dalam turnamen besar. Padahal Chile adalah satu dari empat tim yang memulai Copa America pada 1916 bersama Argentina, Brasil, dan Uruguay. Prestasi terbaik Chile sebelumnya ialah peringkat ketiga Piala Dunia 1962 yang digelar di negaranya sendiri.

Kedua tim bermain berimbang dalam membangun serangan dan juga sama-sama mampu segera kembali ke lini pertahanan untuk mengantisipasi serangan lawan. Pertandingan berjalan keras, menyulitkan para pemain Argentina yang secara teknis lebih unggul untuk menjebol gawang Chile.

Peluang emas pun tidak mudah didapat. Pada babak pertama Chile sempat membahayakan gawang Argentina ketika tendangan Arturo Vidal dari dalam kotak penalti masih dapat diantisipasi dengan baik oleh kiper Argentina Sergio Romero.

Begitu juga Eduardo Vargas yang telah unggul sprint dari Javier Mascherano dan memasuki kotak penalti Argentina, tendangannya masih melayang jauh di atas mistar gawang Romero.

Argentina pun dua kali mendapat peluang mencetak gol. Tendangan bebas Lionel Messi disambar Sergio Aguero dengan kepala, masih dapat ditepis kiper Chile Claudio Bravo.

Peluang pada menit terakhir babak pertama untuk pertama datang dari Ezequiel Lavezzi, yang masuk menggantikan Angel di Maria yang cedera, namun tendangannya menyambut umpan tarik Javier Pastore lagi-lagi dapat diselamatkan kiper Bravo.

Memasuki babak kedua, pertandingan semakin berlangsung keras bahkan menjurus kasar. Kedua tim saling menyerang, namun ketatnya barisan pertahanan keduanya juga membuat peluang sulit tercipta.

Pada menit ke-82 Chile mendapat peluang emas ketika Alexis Sanchez lolos dari perangkap offside. memanfaatkan umpan terobosan lambung, tendangan first time juru gedor Arsenal itu masih melebar ke sisi kanan gawang Argentina.

Pada injury time babak kedua giliran Argentina mendapat peluang. Lionel Messi memberi bola melebar ke sisi kanan pertahanan Chile kepada Ezequiel Lavezzi. Pemain Paris Saint Germain itu melepas umpan silang ke tiang jauh gawang Chile, namun striker Napoli Gonzalo Higuain terlambat dalam hitungan detik menyambut bola, tendangannya hanya menerpa jaring bagian luar kiri gawang. Laga 90 menit 0-0.

Pada babak tambahan 2 x 15 menit Chile mendapat peluang emas pada menit 105 saat Alexis Sanchez menang sprint dari Mascherano dalam satu serangan balik dan berhadapan dengan kiper Romero, namun bidikan kerasnya tipis saja melayang di atas mistar gawang tim Tango.

Pada adu penalti, dari tiga penendang pertama Argentina, hanya Lionel Messi yang sukses menjebol gawang Chile. Tendangan Gonzalo Higuain melayang di atas mistar gawang, sedangkan eksekusi Ever Banega sangat lemah sehingga dapat ditangkap kiper Bravo.

Sebaliknya empat penendang pertama Chile semua sukses melakukan tugasnya yakni Matias Fernandez, Arturo Vidal, Charles Aranguiz, dan Alexis Sanchez.

Dengan skor 4-1, Argentina sudah pasti kalah sehingga eksekusi keempat dan kelima tim Tango tak perlu dilakukan lagi, demikian juga dengan tendangan kelima Chile.

INFO PRA-PERTANDINGAN:

Pentas final Copa America 2015 akhirnya mempertemukan tuan rumah Chile dengan juara 14 kali Argentina. Pertandingan tersebut dijadwalkan berlangsung pada Minggu (5/7/2015) mulai pk. 03:00 WIB dan akan disiarkan secara langsung oleh Kompas TV dan K-Vision.

Chile melaju ke partai puncak setelah mengalahkan tim kuda hitam Peru di semifinal dengan skor tipis 2-1, sedangkan Lionel Messi dan kawan-kawan lolos ke final sesudah meremukkan Paraguay dengan skor telak 6-1.

Jika memperhatikan rekor pertemuan kedua tim, dari 17 pertandingan terakhir, Argentina mendominasi dengan menang 10 kali, seri empat kali, dan Chile hanya bisa menaklukkan tim Tango tiga kali.

Sementara, jika dilihat pertemuan sepanjang sejarah, dari 79 laga, Argentina menang 52 kali, seri 21 kali, dan Chile cuma memenangi 6 pertandingan. Argentina mencetak 171 gol ke gawang Chile, sebaliknya Chile hanya mampu mencetak 66 gol. Artinya, peluang untuk menjuarai Copa America kali ini lebih besar bagi Argentina.

Head to head tujuh pertemuan terakhir:

17/10/2012   Chile 1 vs Argentina 2 (Kualifikasi Piala Dunia 2014)

08/10/2011   Argentina 4 vs Chile 1 (Kualifikasi Piala Dunia 2014)

16/10/2008   Chile 1 vs Argentina 0 (Kualifikasi Piala Dunia 2014)

14/10/2007   Argentina 2 vs  Chile 0 (Kualifikasi Piala Dunia 2014)

18/04/2007   Argentina 0 vs Chile 0 (Persahabatan)

13/10/2004   Chile 0 vs Argentina (Kualifikasi Piala Dunia 2014)

06/09/2003   Argentina 2 vs Chile (Kualifikasi Piala Dunia 2014)

Meskipun kalah rekor, sebagaimana Argentina, berdasar kualitas materi pemain, Chile pun layak disebut pantas berada di partai puncak. Bahkan dibandingkan dengan kualitas tim selevel Brasil pun, skuat Chile saat ini, terutama di lini depan, tidak kalah mentereng.

Jika saat ini barangkali bisa dikatakan sebagai masa paling sulit menyebutkan nama kondang di barisan depan Brasil—beda dengan 10-20 tahun silam ketika dengan mudah kita mengingat nama Kaka, Rivaldo, Ronaldinho, Robinho, Ronaldo, ataupun Romario—sebaliknya Chile kini mempunyai kekuatan paling hebat setidaknya setelah era 1960-an di mana La Roja meraih peringkat ketiga Piala Dunia 1962.

Chile kini punya sederet nama hebat bukan hanya di lini depan, bahkan dimulai dari sosok kiper di bawah mistar gawang yang diisi Claudio Bravo, yang bersama klub Spanyol FC Barcelona meraih treble winner musim 2014-2015.

Di barisan belakang ada Mauricio Isla (Juventus) dan Gary Medel (Inter Milan), di luar Gonzalo Jara yang sudah out hingga akhir turnamen akibat bertindak tidak senonoh terhadap striker Uruguay Edinson Cavani di babak perempat final.

Lini tengah diisi nama-nama pemain senior seperti Arturo Vidal (Juventus), Jorge Valdivia (Palmeiras), Matias Fernandez dan David Pizzaro (Fiorentina), serta Jean Beausejour (Colo-Colo).

Sementara di barisan depan, kekuatan Chile bertumpu pada striker Arsenal Alexis Sanchez dan pemain Napoli Eduardo Vargas dan juga pemain klub Genoa yang lebih sering diturunkan sebagai pengganti yakni Mauricio Pinilla.

Yang disebut terakhir ini ialah pemain yang tendangan jarak jauhnya pada menit terakhir perpanjangan waktu saat Chile melawan Brasil di 16 besar Piala Dunia 2014 menerpa mistar gawang tuan rumah. Jika saja tendangan Pinilla tidak menghantam mistar gawang, Brasil tidak perlu menanggung malu dihajar Jerman 1-7 dan Belanda 0-3 karena sudah lebih dulu disingkirkan Chile di 16 besar.

Soal kualitas pemain, sama halnya dengan Argentina, anak-anak kecil penyuka sepak bola pasti dengan gampang saja menyebutkan nama-nama seperti Javier Mascherano, Lionel Messi, Gonzalo Higuain, Sergio Aguero, Carlos Tevez, Angel di Maria, Ezequiel Lavezzi, ataupun Javier Pastore.

Satu lagi bukti nyata bahwa kedua tim memang punya kualitas hebat yakni hanya Chile dan Argentina yang mampu melibas lawan dengan selisih lima gol. Chile melakukannya terhadap Bolivia dalam pertandingan terakhir fase grup dengan skor 5-0, sedangkan Argentina menjadikan Paraguay sebagai korbannya di semifinal dengan skor 6-1.

Jadi, memang Chile lawan yang layak bagi Argentina meskipun harus pula diakui bahwa kartu merah lawan di perempat final dan semifinal membantu skuat La Roja besutan pelatih asal Argentina Jorge Sampaoli berperan penting membuat Chile menang.

Ketika menaklukkan Uruguay di perempat final, Chile harus menunggu striker lawan Edinson Cavani dikartu-merahkan wasit untuk kemudian baru bisa mencetak gol tunggal pembawa kemenangan.

Hal serupa terulang lagi di semifinal. Peru yang melakukan perlawanan keras akhirnya pincang ketika mulai menit 20 harus main dengan 10 orang akibat bek Carlos Zambrano Ochandarte juga dihadiahi kartu merah. Setelah itu barulah Chile mampu menjebol gawang lawan.

Nah, dengan materi pemain Argentina seperti tertera di atas, jelaslah bahwa Chile akan menemui lawan yang jauh lebih keras ketimbang Uruguay dan Peru. Atau Chile lagi-lagi perlu dibantu dengan kartu merah lawan untuk meraih trofi pertamanya di pentas Copa America berusia 99 tahun ini?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper