Bisnis.com, JAKARTA - Dengan terseok-seok, tim nasional Indonesia akhirnya lolos ke semifinal SEA Games 27/2013 di Myaanmar. Tterseok-seok lantaran Garuda Muda ini lolos tidak dengan cara yang meyakinkan, bahkan membuat detak jantung pendukungnya terasa mengencang: Dug...dug....dug....dug...dug....dug...dug...
Terutama setelah dipecundangi 'jawara' sepakbola Asia Tenggara, Thailand 1-4 dan hanya mampu bermain seri melawan Timor Leste.
Keraguan Indonesia akan lolos ke semifinal, sejujurnya, sudah mulai terasa saat di partai perdana, hanya menang 1-0 dari Kamboja, yang di atas kertas tidak lebih buruk dari tim nasional Brunei Darussalam dalam peta persepakbolaan Asia Tenggara.
Myanmar, yang dihadapi pada pertandingan yang sangat menentukan lolos tidaknya Indonesia ke semifinal, ternyata berkualitas setara dengan kita. Tak ayal, kemenangan kita, lebih banyak karena faktor keberuntungan. Myanmar, hanya kuat dalam semangat bertanding lantaran kuatnya dukungan dari suporter.
Kebenrungan itu diraih saat Alfin Tuasalamoney dijatuhkan di kotak pinalti. Selebihnya, Indonesia tidak banyak memperlihatkan sebagai tim yang mempunyai skill teknik lebih mumpuni dibanding Myanmar,
Bahkan, saat Myanmar bermain dengan 10 pemain akibat salah seorang pemainnya diganjar kartu merah karena menyikut salah seorang pemain Indonesia.
Kapasitas tim baik dan tidak terlihat saat mereka selalu menemukan solusi menghadapi kokohnya pertahanan lawan. Bukan memaksakan kehendak dengan cara yang kerap selalu berakhir dengan kegagalan. Ini sama dengan keledai, yang selalu terantuk di batu yang sama hingga dua kali,
Saat menghadapi Myanmar, Andhik Virmansyah cs tidak mampu memancing pemain Myanmar untuk bermain terbuka saat mereka sudah tertinggal 1-0. Saat tertinggal, pemain Myanmar terlihat begitu antusi, tidaas untuk menekan Indonesia untuk menyamakan kedudukan karena dengan seri, cukup bagi Myanmar meraih satu tiket ke semifinal yang sudah di depan mata,
Terutama saat tertekan, para pemain belakang Indonesia, mudah panik. Mereka seperti hanya melihat alur bola, sehingga membuat pemain-pemain Myanmar kerap berdiri bebas. Pada penghujung babak kedua, satu peluang Myanmar yang menerima umpan dari sektor kiri sayap Indonesia, nyaris membobol gawang Indonesia. Lagi-lagi, selain kita lagi beruntung dan kualitas pemain yang tidak lebih baik dari pemain Brunei Darussalam, K.S Thu –striker Myanmar- membuat gawang Kurnia Meiga aman. Bola yang di-lob Thu naik di atas mistar gawang Indonesia.
Mental juara yang dimiliki Thailand plus skill yang mumpuni tidak dimiliki pemain Indonesia. Itu yang menyebabkan, Thailand menang besar dari Indonesia dan Indonesia kalah besar dari Thailand. Bahkan ketiadaan dua faktor itu membuat Indonesia tidak mampu mengatasi Timor Lesta dan hanya karena keberuntungan menang dari Kamboja dan Myanmar.
Menurut Rahmad Damawan, pelatih Indonesia, kemenangan atas tuan rumah Myanmar akan dijadikan batu loncatan untuk bermain dengan baik pada babak selanjutnya. Bisa dipastikan pertandingan dibabak semifinal akan lebih ketat.
Untuk itu, kata dia, yang paling penting setelah mengalahkan Myanmar adalah secepatnya mengembalikan kebugaran pemain. Hal ini dilakukan agar performa pemain secepatnya kembali demi menjalani pertandingan semifinal.
"Kami tidak ingin berhenti sampai disini. Saya pikir pemain dalam posisi underdog. Makanya saya tekankan kepada pemain untuk bermain lebih santai dan menikmati pertandigan di laga selanjutnya," katanya, yang dikutip dari Antara.
Namun, Melawan Malasyia di semifinal, Indonesia tidak bisa lagi menampilkan permainan seperti di penyisihan Grup B. Malaysia memiliki kecerdikan dalam mengatasi lawan yang selevel atau di atasnya. Apalagi melawan Indonesia, Malaysia memiliki sikap yang keras untuk boleh dikalahkan Thailand, Vietnam, Singapura, tapi jangan oleh Indonesia.
Malaysia cerdik dalam mengatasi tekanan lalu mencari celah untuk menerkam Indonesia. Final di Piala AFF saat Indonesia menang di Jakarta dan kalah di Malaysia tahun lalu, semua berkat kecerdikan Malaysia mempelajari kelamahan Indonesia dan menjadi itu keuntungan mereka.
Indonesia harus bermental juara. Tidak perlu tampil emosional. Perlu ketenangan dalam menyusun serangan dan dalam mengawal daerah pertahanan. Hanya itu modal utama melawan Malaysia.