Bisnis.com, JAKARTA - Perebutan titel juara dunia MotoGP antara Francesco 'Pecco' Bagnaia (Ducati Lenovo) dengan Jorge Martin (Prima Pramac Ducati) terus memanas jelang seri penutup, tepatnya di GP Valencia yang akan berlangsung pekan depan.
Selepas seri GP Qatar pada akhir pekan lalu, Pecco selaku juara bertahan masih memimpin klasemen dengan 437 poin, terpaut 21 poin terhadap Martin di peringkat ke-2 yang mengumpulkan 416 poin.
Sebelum menjalani persaingan ketat, kedua pembalap Ducati ini ternyata menyimpan kisah menarik sepanjang berkarier sebagai pembalap Moto3 sampai MotoGP. Misalnya, pernah menjadi rekan setim, sampai pernah dikukuhkan sebagai juara dunia pada saat yang bersamaan.
Terlebih, siapa pun di antara keduanya yang berhasil menjadi juara dunia, akan menciptakan sejarah baru era MotoGP. Berikut beberapa fakta menarik di tengah duel Pecco-Martin yang telah Bisnis rangkum:
Membongkar 'Kutukan' Pelat Nomor 1
Baca Juga
Gelar juara musim ini bukan sekadar gelar kedua bagi Sang Juara Bertahan, Pecco Bagnaia. Melainkan sekaligus membongkar mitos bahwa motor dengan pelat nomor #1 tidak akan bisa mempertahankan juara. Sekadar info, belum ada pembalap era MotoGP modern yang berhasil mempertahankan gelar juara ketika mengambil pelat #1. Mulai dari Alex Criville, Kenny Roberts Jr., Nicky Hayden, Casey Stoner, dan Jorge Lorenzo, semuanya ketiban sial ketika mengenakan nomor #1.
Oleh karenanya, Valentino Rossi tetap setia dengan nomor #46, Marc Marquez pun tak berani memakai nomor #1 sehingga tetap menggunakan #93. Bahkan, Jorge Lorenzo kapok memakai #1, sehingga memutuskan terus memakai #99 setelah mendapat titel lagi untuk kedua kalinya.
Terakhir kali pemegang nomor #1 berhasil mempertahankan gelar juara dunia adalah Mick Doohan pada era motor 500cc 2 tak. Alhasil, keputusan Pecco memilih nomor #1 ketimbang pelat nomor khasnya, #63 disebut nekat oleh sebagian orang. Pecco pada awal musim ini terbilang mendominasi, justru hanya bersaing dengan Marco Bezzecchi (Mooney VR46 Ducati).
Namun, Martin mulai terus mengejar sejak pertengahan musim, sehingga mulai menimbulkan tanda tanya, apakah kutukan nomor #1 benar-benar nyata?
Era Kejayaan Tim Satelit
Apabila Martin menjadi juara dunia, akan ada sejarah yang terukir kembali sejak era Valentino Rossi menjadi juara dunia untuk pertama kali, yaitu titel juara dunia kepada pembalap dari tim independen atau tim satelit. Pada 2001, Rossi menjadi juara dunia kelas raja perdana melalui tim Nastro Azzurro Honda berbekal motor NSR500 500 cc 2 tak.
Kala itu, tim pabrikan Repsol Honda mengusung pembalap Tohru Ukawa dan Alex Criville, di mana juga memiliki poin akhir di bawah pembalap satelit Honda lain, yaitu Loris Capirossi dan Alex Barros. Alhasil, Martin berkesempatan menjadi pembalap tim satelit pertama yang bisa menjadi juara dunia pada era MotoGP modern 4 tak.
Namun, apabila urung menjadi juara dunia, sebenarnya Martin dan Johan Zarco sebagai pembalap Prima Pramac Racing pun berpotensi mencetak sejarah lain, yaitu berhasil membawa tim satelit menjadi pemegang titel World Team Champion MotoGP.
Sekadar info, belum ada tim satelit yang berhasil menjadi juara umum pada era MotoGP modern. Terbanyak, Repsol Honda menang 10 kali, kemudian pabrikan Yamaha 7 kali, pabrikan Ducati 3 kali, sementara pabrikan Suzuki menang sekali. Saat ini, Prima Pramac Ducati memimpin dengan 620 poin, disusul tim pabrikan Ducati Lenovo dengan 531 poin, dan Mooney VR46 Ducati dengan 520 poin.
Pernah Jadi Rekan Setim
Pecco dan Martin pernah menjadi rekan setim ketika sama-sama memperkuat tim Pull & Bear Aspar Mahindra Team di Moto3 pada 2016. Hubungan mereka pun terbilang intim, terlihat dari foto-foto mereka di media sosial kala itu. Pemilik Aspar Team, Jorge Martinez pun mengakui bahwa keduanya memiliki hubungan yang baik dalam keseharian, bahkan kerap tidur satu kamar dan tak malu untuk saling berbagi.
Terlebih, kala itu Aspar Mahindra bukan tim kelas satu. Pecco yang lebih senior, kerap terlihat dirinya meminta Martin membuntutinya di lintasan untuk mengikuti gerakannya. Kala itu, Pecco mengemas juara seri pertamanya di Moto3. Sementara itu, Martin juga merasakan podium Moto3 pertama kali ketika setim dengan Pecco.
Juara Dunia Pada Saat Bersamaan
Menariknya, Pecco dan Martin sempat memiliki nasib beririsan, yaitu pernah sama-sama dikukuhkan menjadi juara dunia pada 2018. Kala itu, Pecco menjadi juara dunia Moto2 bersama Sky Racing Team VR46, sementara Martin menjadi juara dunia Moto3 bersama Del Conca Gresini. Keduanya sama-sama mengunci juara dunia di seri ke-18 dari total 19 seri balapan, tepatnya di Sirkuit Internasional Sepang, GP Malaysia.
Lebih menariknya lagi, keduanya juga sama-sama senasib soal gagal merebut gelar juara dunia. Pecco tidak pernah menjadi juara dunia Moto3, sementara Martin tidak pernah menjadi juara dunia Moto2.
Si Paling Konsisten vs Raja Sprint
Seri terakhir musim 2023 di Valencia akan menarik, sebab menjadi pertarungan antara dua pembalap yang sangat berbeda karakter. Pecco juara dari sisi ketenangan dan konsistensi, sementara Martin merupakan pembalap yang meledak-ledak dengan inisiatif tinggi. Hal ini terlihat dari statistik masing-masing selama menjalani musim 2023.
Pada sesi sprint race di setiap hari Sabtu, Martin biasanya lebih unggul. Sebutan Raja Sprint pun sudah layak diatribusikan kepada Martin yang telah naik podium 13 kali dan menang 7 kali. Adapun, Pecco juga naik podium sprint 13 kali, tapi hanya menang 4 kali. Sebaliknya, apabila bicara sesi balapan utama di hari Minggu, Pecco terbilang lebih konsisten.
Pecco naik podium 14 kali dari total 19 seri, dan 6 di antaranya merupakan podium kemenangan. Adapun, Martin naik podium 8 kali, dengan 4 di antaranya merupakan kemenangan.