Bisnis.com, JAKARTA - Anna Kiesenhofer berhasil merebut medali emas balap sepeda Olimpiade Tokyo dari nomor Road Race. Ia merupakan sosok juara yang langka karena juga menyandang gelar akademis yang mentereng: Doktor (PhD) di bidang matematika terapan.
Anna Kiesenhofer, atlet Austria berusia 30 tahun, sukses finis terdepan dalam balapan Road Race, di jalur Fuji International Speedway, Minggu (26/7/2021). Ia melakukannya dengan sedikit dramatis.
Ketika finis, pembalap asal Belanda, Annemiek van Vleuten, terlihat mengacungkan kedua lengannya seperti merayakan kemenangan. Tapi, ups salah. Ternyata Anna Kiesenhofer yang menjadi juara.
Kiesenhofer saat itu menjadi bagian dari grup yang terdiri dari lima orang yang memisahkan diri dari kelompok besar peleton menjelang finis balapan sejauh 147 kilometer itu. Ada tiga pembalap yang masuk finis hampir berbarengan. Dengan kecepatan yang ada sulit membedakan siapa yang juara dengan mata telanjang.
Tak heran bila Annemiek van Vleuten merasa sudah juara. Namun, panitia kemudian mengumumkan Kiesenhofer unggul 75 detik saat masuk garis finis. Ia berhak atas emas. Van Vleuten meraih perak.
"Rasanya luar biasa. Saya tidak bisa mempercayainya," kata Kiesenhofer.
Medali emas Olimpiade Tokyo menjadi kemenangan terbesar dalam kariernya. Sebelumnya, prestasinya lebih banyak berkutat di dalam negeri, antara lain menjuarai time trial Kejuaraan Balap Sepeda Jalan Raya Ausrtria pada tahun ini.
Ia mengaku tak yakin sudah juara. "Bahkan ketika saya melewati batas, itu seperti, 'Apakah ini sudah selesai? Apakah saya harus terus berkendara?' Menakjubkan."
Van Vleuten yang sempat mengalami momen memalukan di garis fiis mengakui semula ia mengira menang.
"Ya, saya pikir saya menang. Saya kecewa dengan ini, tentu saja," kata dia. "Awalnya saya merasa sangat bodoh, tapi kemudian yang lain (rekan satu timnya) juga tidak tahu siapa yang menang."
Peraturan yang melarang alat komunikasi selama lomba, disebutnya ikut memperburuk keadaan. "Ini adalah contoh (apa yang terjadi) jika Anda menjalani balapan penting seperti ini tanpa komunikasi. Semua balapan Tur Dunia memiliki komunikasi, dan sekarang kami bertiga berdiri di sini dan bertanya-tanya siapa yang sebenarnya menang," kata Van Vleuten.
Van Vleuten sejak awal lebih diunggulkan untuk menang. Ia sudah pernah meraih sejumlah gelar bergengsi, termasuk UCI Women's Road World Cup 2011 dan UCI Women's World Tour 2018. Ia juga tergabung tim profesional Movistar WorldTeam.
Anna Kiesenhofer saat ini belum memiliki kontrak profesional. Ia baru menekuni balap sepeda pada 2014 dan mulai terjun menjadi pembalap tiga tahun kemudian.
Sebelum bertolak ke Olimpiade Tokyo, menyatakan targetnya adalah "Ingin tampil kompetitif". Tapi, kini ia terbukti mampu menorehkan lebih, dengan menjadi yang terbaik.
Keberhasilan di arena balap sepeda melengkapi torehannya di dunia akademik. Ia meraih gelar Master matematika dari University of Cambridge, Inggris, pada 2012. Ia kemudian mendapat gelar Doktor (PhD) dalam bidang matematika terapan dari Polytechnic University of Catalonia di Barcelona, Spanyol, pada 2016.
Anna Kiesenhofer terbiasa memacu diri hingga batas terluar. Seperti dalam lomba di Olimpiade ini. "Kaki saya benar-benar seperti kosong. Saya tidak pernah mengosongkan diri sekeras ini sepanjang hidup saya. Saya hampir tidak bisa mengayuh lagi. Rasanya seperti tidak ada energi di kaki saya," kata dia.