Bisnis.com, JAKARTA - Ada yang menarik dicermati dari pernyataan Erick Thohir ketika menghadiri sesi press confrence, sesaat setelah dirinya diangkat menjadi Presiden Klub Inter Milan dalam rapat jajaran direksi yang digelar di Milan Italia pada Jumat (15/11/2013).
"Industri sepakbola telah berubah. Banyak regulasi yang disiapkan, salah satu contohnya terkait FIFA Financial Fair Play yang akan diterapkan segera. Hanya ada 10 klub di dunia dalam satu dekade terakhir yang tampil menjadi juara dan sangat sehat," ujarnya seperti dirilis dari situs resmi Inter, Sabtu (16/11/2013).
Erick Thohir menegaskan kehadiran dirinya bersama Handy Soetedjo dan Rosan Roeslani melalui International Sport Capital (ISC) merupakan bagian dair menjawab tantangan perubahan yang dihadirkan FIFA itu.
"Inter akan menjadi salah satu [dari 10 klub besar dan sehat] itu dan memastikan klub kami menjadi lebih kuat," ungkapnya.
Keterlibatan Erick Thohir cs dalam pusaran perubahan di industri sepakbola dunia menunjukan bahwa olahraga tersebut telah menjelma menjadi kekuatan ekonomi yang menggiurkan.
Erick Thohir menjadi orang yang kesekian kali menginvestasikan dananya di industri sepakbola, sejak pertama kali raja minyak Rusia Roman Abramovich mengawali intervensi kekuatan uang di klub Inggris, Chelsea.
Terbukti, sentuhan uang Abramovich -salah satu pemegang saham perusahaan gas alam Gazprom- menjadikan Chelsea sebagai salah satu klub mapan dan paling disegani di level dunia.
Masuknya Abramovich dalam bisnis sepakbola ini pula yang seolah mengilhami raja-raja minyak asal Asia Pasifik, terutama Timur Tengah, turut menyuntikan dananya dengan membeli klub-klub sepakbola Eropa.
Sebut saja, Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan pengendali bisnis Abu Dhabi United Group yang memiliki kekayaan tak kurang dari US$860 miliar.
Sheikh Mansour inilah yang mengubah wajah Manchester City menjadi kekuatan baru di Liga Inggris.
Siapa pula yang tak ingat dengan kiprah pemilik perusahaan investasi Qatar Investment Authoruty (QIA), Nasser Ghanim Al Khelaifi.
Nasser Ghanim mengambil alih 70% saham klub Perancis, Paris Saint Germain (PSG) yang musim lalu berhasil merengkuh juara liga.
Demikian pula langkah pemilik maskapai penerbangan Air Asia Tony Fernandes yang memiliki klub sepakbola Queen Park Rangers (QPR).
Era terkini, sepakbola dan investasi merupakan dua sisi yang tak dapat dipisahkan.
Keputusan Erick Thohir dengan membeli 70% saham Inter Milan menunjukan hal itu, kekuatan uang dan sepakbola, termasuk pendahulu-pendahulu Erick yang membuktikan begitu 'seksi' sepakbola sebagai ladang investasi.
Lepas dari semua itu, ada satu pelajaran menarik dari langkah Erick Thohir menanamkan investasinya di Inter Milan.
Erick Thohir, adik dari Garibaldi Thohir yang merupakan bos perusahaan tambang batu bara PT Adaro Energy Tbk, merupakan pemilik dari kelompok bisnis Mahaka Group yang bergerak di berbagai sektor usaha seperti media maupun pertambangan.
Jika selama ini investasi hanya tergambar di bisnis konvensional, rasanya Erick Thohir sudah selangkah bahkan beberapa langkah lebih maju.
Kendati bisnis-bisnis konvensional lainnya tetap masih menjadi penyangga, Erick Thohir berani memilih berinvestasi di bisnis yang sama sekali bukan menjadi tradisi pengusaha Indonesia.
Jika melihat sektor ekonomi yang selalu menjadi daya tarik pengusaha nasional dalam berinvestasi biasanya sektor perdagangan, pertambangan, properti, perkebunan, apapun itu yang semuanya di luar olahraga, termasuk sepakbola sekalipun.
Apalagi sepakbola di Indonesia dianggap sebagai olahraga yang lebih banyak berantemnya daripada prestasi yang dihasilkannya.
Erick Thohir hanya perlu membuktikan bahwa kehadiran ISC dengan berbagai investasi di dunia olahraga memberi keuntungan yang setara atau bahkan lebih dari yang diperoleh melalui bisnis konvensional semata.
Kini, Erick Thohir menempatkan fondasi 'kerajaan bisnis olahraga' tersendiri. Melalui klub sepakbola Major League Soccer (MLS) AS, Erick memiliki DC United, selain klub bola basket anggota liga National Basketball Association (NBA), Philadelphia 76ers.
Erick juga memiliki beberapa klub basket di Indonesia.
Kini Erick Thohir, boleh jadi setara dengan nama-nama seperti Roman Abramovich, Sheikh Mansour, Nasser Ghanim, dan pengusaha dunia lainnya yang begitu cinta dengan olahraga.