Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

LIGA INGGRIS: Michael Laudrup, Prestasi 100 Tahun Swansea

JAKARTA--Sukses mengantarkan tim sekelas Swansea menjuarai Piala Liga di Liga Inggris, bagi seorang pelatih, bukanlah pencapaian yang biasa-biasa saja. Jika itu terjadi, sang pelatih layaklah diakui, sosok yang baik. Swansea bukanlah tim besar dibandingkan

JAKARTA--Sukses mengantarkan tim sekelas Swansea menjuarai Piala Liga di Liga Inggris, bagi seorang pelatih, bukanlah pencapaian yang biasa-biasa saja. Jika itu terjadi, sang pelatih layaklah diakui, sosok yang baik. Swansea bukanlah tim besar dibandingkan dengan Liverpool, Manchester United, Chelsea, Manchester City.

Bayangkan, dalam 100 tahun eksistensinya di sepakbola Inggris, mereka tidak pernah merayakan diri sebagai sang juara.

Itulah mengapa, Michael Laudrup layak masuk dalam daftar pelatih muda bertangan dingin. Bahkan, kini, di jajaran klub elite Liga Inggris, Swansea masuk di jajaran 10 besar. Hal yang luar biasa.

Karuan, kitapun menganggap wajar jika kemudian pelatih Swansea Michael Laudrup mengakui kemenangan 5-0 timnya atas Bradford di final Piala Liga pada Minggu merupakan salah satu pencapaian terhebat sepanjang karirnya.

Laudrup memenangi Piala Eropa dan mengangkat gelar-gelar liga di Spanyol dan Italia sepanjang karir gemilangnya bersama Barcelona, Real Madrid, dan Juventus.

Namun, ketika pencapaiannya sebagai pemain membuat dia mendapat status legendaris, mantan pemain sayap Denmark ini bersikukuh bahwa dirinya merasakan kebanggan besar karena mampu memimpin Swansea ke gelar utama pertama mereka sepanjang 100 tahun sejarah klub ini.

Baik Nathan Dyer dan Jonathan De Guzman keduanya mencetak dua gol, dan Michu juga menyumbang gol bagi tim Liga Utama Inggris itu, yang dengan hasil dari laga melawan tim strata keempat Bradford ini merupakan kekalahan terbesar sepanjang sejarah final Piala Liga, dan membuat Laudrup memberi selamat kepada para pemainnya atas pencapaian bersejarah mereka.

"Saya sangat bangga terhadap tim saya hari ini. Itu adalah penampilan hebat," kata Laudrup.

"Sebagai pemain saya beruntung dapat bermain di klub-klub terbesar di negara-negara yang berbeda. Swansea bukan tim terbesar di liga Utama Inggris, namun kami berada di sini untuk memenangi trofi dan itu fantastis. Untuk memenangi trofi dengan klub kecil merupakan sesuatu yang mengesankan."

Sebelum tiba di Swansea pada masa pra musim, pria 48 tahunini telah menikmati kesuksesan yang terbatas sepanjang karir manajerialnya dengan Brondby, Getafe, Spartak Moscow, dan Real Mallorca.

Namun Laudrup, yang sebelumnya merasakan kejayaan di Wembley dengan Barcelona pada final Piala Eropa 1992, sangat cocok dengan Swansea, di mana para pemain merespon ide-idenya dan sikap santainya. "Sebagai manajer, ini tentu saja berada di puncak, memenangi trofi untuk pertama kalinya dalam kurun waktu 100 tahun," ucapnya.

"Trofi pertama selalu istimewa, dan sekarang tahun depan di Eropa... Itu adalah pengalaman bagus." Kesuksesan Swansea juga melengkapi perjalanan berliku kapten klub Garry Monk, yang tampil sebagai pemain pengganti pada babak kedua.

Monk telah berada di Swansea sejak mereka terpuruk di strata keempat, dan ia menyebut kemenangan ini sebagai impian yang menjadi kenyataan bagi klub-klub Liga Utama Inggris yang tidak terlalu glamor.

"Ini tidak terjadi begitu saja, ini adalah mengenai segalanya," kata Monk. "Setelah sepuluh tahun bekerja keras dan perjalanan panjang yang kami lalui, inilah puncaknya. Kami layak meletakkan trofi utama di lemari." Kemenangan ini juga sangat layak bagi penyerang Spanyol Michu, yang mencetak satu gol, di mana ia merupakan pencetak gol terbanyak Swansea pada musim pertamanya di sepak bola Inggris.

Didatangkan dari Mallorca dengan harga hanya dua juta pounds, Michu tidak diragukan lagi menjadi salah satu aktor utama kesuksesan mereka musim ini, dan ia berkata, "Itu adalah penampilan bagus dari tim, dan saya pikir kami layak menerimanya." "Bagus bagi saya karena saya mencetak gol juga. Ini adalah musim yang benar-benar bagus, (musim) pertama saya di sini."

Sementara itu pelatih Bradford Phil Parkinson mengakui dirinya frustrasi dengan keputusan wasit Kevin Friend mengusir kiper Matt Duke pada babak kedua, atas pelanggaran yang membuat De Guzman mencetak gol dari eksekusi penalti. "Tentu saja saya kecewa. Kami tidak mampu mengembangkan permainan namun Swansea merupakan tim yang mengagumkan," kata Parkinson.

"Kemasukan gol demi gol ketika kami tidak banyak membantu dan kiper kami diusir keluar. Saya rasa wasit dapat memberi dia kartu kuning. Pada skor tertinggal 0-3 saya rasa ia semestinya menggunakan akal sehatnya, namun kemudian mereka mencetak gol keempat dan itulah yang terjadi." (Foto:Telegraph) (Telegraph/Antara/AFP/msb)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Editor : Others
Sumber : Martin Sihombing
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper