Bisnis.com, JAKARTA - Pemain sepak bola Indonesia konon "serba cepat" : cepat cedera dan cepat pensiun. Tidak kuat menahan benturan fisik, tidak kuat bekerja keras sepanjang musim dan stamina tidak bagus. Apa penyebabnya? Ternyata makanan.
"Kalau klub-klub Eropa sangat memperhatikan nutrisi para pemain agar bisa terus mencapai performa yang diharapkan. Ini berbeda dengan di Indonesia," kata ahli gizi alumnus Oklahoma State University Emilia Achmadi.
Emilia, yang berpengalaman di persepak bolaan nasional sebagai konsultan nutrisi, melihat kendali klub atas pasokan gizi pemain masih minimal. Akibatnya, pesepak bola Indonesia kerap tidak menjaga makanan.
"Pola makannya sama seperti pola makan rata-rata. Maksudnya, ya, sama saja seperti orang lain, seperti makan nasi putih pakai ayam goreng, minumnya teh botol. Kadang ada juga yang makan mi instan sembunyi-sembunyi, makan gorengan, santan, lalu tidak mau makan nasi merah karena dianggap tidak enak. Padahal, jika sudah menjadi seorang atlet profesional, tidak ada istilah enak-tidak enak untuk soal makanan, semuanya didasarkan pada kebutuhan tubuh sebagai seorang pesepak bola," tutur dia.
Sebagai seorang nutrisionis, Emilia merasa geram melihat kebiasaan tersebut.
"Inilah kelemahan olahraga kita. Sisi asupan nutrisi sebagai bagian dari sport science belum terlalu diperhatikan. Seharusnya masalah konsumsi ini sudah diajarkan sejak dini," kata dia.