Bisnis.com, JAKARTA – Kisah pilu dialami oleh legenda sepak bola Turki, Hakan Sukur. Dia kini menjadi sopir taksi online dan penjual buku di Amerika Serikat untuk menyambung hidup.
Penyerang Inter Milan musim 2000-2002 itu menuding Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebagai penyebab kebangkrutannya.
Sukur, 48 tahun, yang karier sepakbolanya membentang sejak 1987-bermain untuk Galatasaray, Inter Milan, Parma, dan Blackburn di antara klub-klub lain.
Sejauh ini dia merupakan pencetak gol paling produktif dalam sejarah tim nasional Turki. Mantan kapten timnas itu mencetak 51 gol dalam 112 penampilan.
Setelah menggantung sepatu, Sukur masuk ke politik dan pada 2011 terpilih sebagai anggota parlemen dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) di bawah Erdogan.
Tetapi dia mengundurkan diri pada 2013 setelah penyelidikan korupsi besar-besaran yang menargetkan Erdogan dan lingkaran dalamnya.
Ia lalu bergabung dengan gerakan oposisi yang dipimpin oleh pengkhotbah berbasis di AS Fethullah Gulen.
Sukur menyuarakan keberatan terhadap langkah pemerintah untuk menutup sekolah-sekolah yang dikelola oleh gerakan Gulen Hizmet dan meninggalkan partai Erdogan pada tahun 2013.
"Aku di Amerika Serikat ... aku jadi sopir Uber untuk mencari nafkah," kata Sukur kepada Welt am Sonntag.
"Lalu permusuhan dimulai," kata Sukur, yang sekarang menetap di Washington D.C. "Batu-batu dilemparkan ke butik istri saya, anak-anak saya dilecehkan di jalan."
Pada 2016, Sukur didakwa menghina presiden di media sosial. Dia diadili secara in absentia pada bulan Juni. Dia bersikeras tidak bermaksud untuk menargetkan presiden tetapi jaksa mengatakan tweet itu jelas terkait dengan Erdogan.Dia mengklaim bahwa asetnya disita.
“Saya menerima ancaman atas setiap pernyataan yang saya buat. Ketika saya pergi, mereka menyandera ayah saya - dan semua milik saya disita,” kata Sukur.
“Saya tidak memiliki apa pun yang tersisa di dunia ini. Erdogan mengambil semuanya dari saya. Hak saya untuk kebebasan, hak untuk menjelaskan diri saya sendiri, untuk mengekspresikan diri saya, hak untuk bekerja, ” katanya.
Ayah Sukur sekarang dalam tahanan rumah, dibebaskan dari penjara setelah didiagnosis menderita kanker. Begitu juga dengan ibunya .
“Ini adalah masa yang sangat sulit bagi mereka. Setiap orang yang ada hubungannya dengan saya memiliki kesulitan keuangan,” katanya.
“Saya menjalankan sebuah kafe di sini (California) untuk sementara waktu. Tetapi orang-orang aneh datang ke sana, dan memainkan musik Dombra."
Musik Dombra disebut pendukung AKP gambarkan musik asli rakyat Turki.
"Ketika saya bergabung dengan AKP, Turki adalah negara yang sesuai dengan standar UE dan mendapat banyak investasi dari Eropa," kata Sukur.
“Tapi politik Erdogan mengarah ke masa-masa sulit, dan negara berjalan ke arah yang sama sekali berbeda; sebuah orientasi menuju Timur Tengah daripada Eropa,” katanya.