Bisnis.com, JAKARTA – Gelaran final Piala Dunia 2018 diwarnai dengan masuknya kelompok punk rock Pussy Riot ke dalam lapangan ketika Prancis dan Kroasia tengah berlaga. Apa sebenarnya yang diinginkan Pussy Riot?
Pussy Riot adalah grup musik punk yang juga gerakan feminis dengan basis di Moskow. Lewat unggahan di Youtube, mereka menyampaikan sejumlah tuntutan bertepatan dengan 11 tahun kematian penyair Rusia, Dmitriy Prigov.
Dalam video berjudul “Policeman enters the Game,” tiga anggota Pussy Riot tampak membacakan tututannya terkait dengan kondisi pilitik di Negeri Beruang Merah itu.
“Dear Friend! Mungkin Anda tahu bahwa tidak ada aturan hukum di Rusia dan setiap polisi dapat dengan mudah merusak hidup Anda tanpa alasan,” katanya sebagai pembuka dalam video yang diunggah pada Minggu (15/7/2018).
Mereka menyebut adanya dua jenis polisi, yakni polisi surgawi yang didefinisikan Prigov, dan polisi duniawi yang dinilai sebagai instrumen kekuasaan belaka. “Polisi surgawi melindungi tidur bayi, polisi duniawi menganiaya tahanan politik, memenjarakan orang karena ‘reposts’ dan [menekan tombol] ‘like’.”
Ada enam tuntutan Pussy Riot, yaitu agar tahanan politik dibebaskan, tidak memenjarakan orang karena menekan ‘like’ (di media sosial), biarkan persaingan politik tumbuh, jangan membuat tuduhan kriminal dan tidak membuat orang dipenjara tanpa alasan, terakhir balikkan polisi duniawi ke polisi surgawi.