Bisnis.com, JAKARTA - Petinju legendaris Muhammad Ali, yang masyhur bukan hanya di atas ring, namun juga di luar ring dengan pendekatan kemanusiaan yang sangat kuat, akhirnya berbaring di tempat peristirahatan terakhirnya.
Muhammad Ali wafat pada Sabtu pekan lalu WIB (4/6/2016) dalam usia 74 tahun dan dimakamkan dengan tata cara Islam di kampung halamannya, Louisville, Kentucky, Amerika Serikat, pada Jumat siang waktu setempat (10/6/2016) atau Sabtu dini hari WIB (11/6/2016).
Meskipun prosesi pemakaman dilaksanakan dengan cara Islam, agama yang dianut Ali sejak dia baru mengalahkan Sonny Liston pada 1964 dalam usia 22 tahun untuk menjadi juara dunia kelas berat, turut memberi ucapan duka para tokoh dari agama-agama lain.
Sebelum itu, jenzah Muhammad Ali dibawa berkeliling Louisville dengan total panjang jalan yang ditempuh sekitar 30 kilometer dan di sepanjang jalan disambut warga yang selalu melontarkan bunga ke mobil pembawa jenazah.
Para warga kota itu, sebagaimana disiarkan secara langsung oleh TV One, juga banyak yang mengusap bodi mobil jenazah seakan-akan hendak menyapa Muhammad Ali yang terbaring di dalamnya.
Selain itu, yel-yel “Ali...Ali...Ali” terus menggema sepanjang jalan, mengingatkan suasana puluhan tahun silam ketika Ali berada di ring dan siap menaklukkan lawannya dengan cara yang indah.
Berbagai tokoh masyarakat hadir dalam pemakaman Muhammad Ali. Dua mantan petinju juara kelas berat, Mike Tyson alias Malik Abdul Aziz dan Lennox Lewis, ikut mengusung peti jenazah Ali, seperti juga aktor Will Smith, pemeran Ali dalam film yang juga berjudul Ali, yang mengisahkan perjalanan hidup sang legenda.
Dalam prosesi pemakaman yang dipimpin Imam Shakir, selain dari tokoh agama Islam dan agama lainnya yang menyampaikan pernyataan kesaksian tentang Ali, juga ada mantan Presiden AS Bill Clinton dan Senator Orrin Hatch.
Presiden AS Barack Obama tak bisa hadir langsung di Louisville, karena putrinya diwisuda dan dia mengirim penasihat seniornya, Valerie Jarrett, untuk menyampaikan pernyataan.
Melalui Jarrett, Obama mengatakan bahwa “Muhammad Ali adalah Amerika: berani melawan, menantang, perintis, menyenangkan. Ali adalah kebebasan yang paling mendasar yakni agama, orator, semangat.”
Namun, barangkali tak berlebihan jika pernyataan Obama sedikit ‘keliru’. Muhammad Ali bukan hanya milik atau mencerminkan sikap Amerika, bukan pula hanya milik Islam. Muhammad Ali adalah milik semua orang orang di bagian dunia mana pun yang senantiasa menginginkan hidup yang lebih baik dan merupakan kebaikan itu sendiri.
Kini sang legenda “telah dijemput Allah” sebagaimana pernyataan Tyson, yang seperti Ali juga mualaf dan pengumumannya masuk Islam disampaikan pada 1995. Selamat jalan, sang legenda, selamat beristirahat beserta segenap amal baiknya!