Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Joko Akui Arema Gagal ke Final Piala Jenderal Sudirman Tanggung Jawabnya

Joko Susilo Akui Gagal Bawa Arema ke Final Piala Jenderal Sudirman
Suporter Arema/Antara-Ari Bowo Sucipto
Suporter Arema/Antara-Ari Bowo Sucipto

Bisnis.com, JAKARTA --  Pelatih Arema Cronus, Joko Susilo, menyatakan bertanggung jawab penuh atas kegagalan timnya melaju ke babak final turnamen Piala Jenderal Sudirman.

Joko menuturkan kekalahan tersebut terjadi karena ia tidak menyiapkan skenario permainan dengan sepuluh pemain. “Saya yang salah dalam pertandingan tadi. Kami tidak setting bermain sepuluh lawan sepuluh,” kata Joko dalam jumpa pers seusai pertandingan, Minggu malam, 17 Januari 2015.

Arema dan Mitra Kukar sama-sama kehilangan satu pemain setelah wasit Dodi Setya Permana memberikan kartu merah kepada Antonio Jose Espinosa Mossi, pemain Singo Edan berpaspor Spanyol, dan Abdul Gamal setelah keduanya terlibat dalam perkelahian pada menit ke-22.

Hasilnya, Arema kalah dalam adu penalti 2-3 di Stadion Kanjuruhan melawan Mitra Kukar setelah imbang agregat gol 3-3 dalam waktu normal pada semifinal leg pertama dan kedua.

Bekas penyerang Arema Malang era 1990-an itu menyoroti keributan yang beberapa kali terjadi di lapangan. Joko mengaku anak asuhnya sempat terpancing emosi sehingga konsentrasi mereka terganggu dan mengakibatkan kacaunya permainan. Instruksi Joko agar para pemain tenang tidak sepenuhnya digubris, terutama oleh pemain yang bertemperamen tinggi.

“Kami sudah unggul, ngapain emosi-emosi begitu? Namun saya tetap salah karena tak bisa menenangkan pemain,” ujar Joko, pelatihan kelahiran Cepu, Jawa Tengah, 45 tahun silam.

Keputusan wasit yang memberikan kartu merah kepada Mossi dinilai Joko tidak tepat. Mossi tidak memukul, justru kepalanya yang kena pukulan. Mungkin wasit menghadiahkan kartu merah berkat laporan inspektur pertandingan saat terjadi kekacauan.

Emosi yang berlebihan banyak menguras energi dan konsentrasi Ahmad Bustomi dan kawan-kawan. Akibatnya, saat adu penalti, mental beberapa eksekutor menjadi tidak stabil. Padahal saat latihan mereka bagus dalam mengeksekusi penalti.

“Pemain terbebani, wajar. Mereka algojo. Semuanya kembali ke individu,” tutur Joko.

Joko menegaskan siap bertanggung jawab penuh dan menerima risiko apa pun karena gagal mengantarkan timnya ke final. Statusnya sebagai pelatih Arema tidak menggunakan sistem kontrak, sehingga Joko menyadari kapan pun dia bisa dicoret manajemen klub Arema.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Tempo.co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper