Bisnis.com, JAKARTA- Ancaman, harapan dan setumpuk debar menghiasi jalannya laga Grup B Piala Dunia 2014 antara Australia vs Belanda di Estadio Beira, Rabu (18/6/2014).
Puluhan ribu penonton yang tumpah ruah itu sepertinya tak akan pernah berkata menyesal menyaksikan laga penuh ambisi tersebut.
Pada babak pertama, mereka sudah disuguhi bentrok cukup sengit dan asyik. Tak terkecuali bagi mereka, para penonton dan jutaan pasang mata yang menyaksikan di layar kaca.
Menit-menit awal, baik Australia ataupun Belanda sudah saling memecah suasana. Bola sedemikian bergerak cepat ditendang sana-sini oleh masing-masing pemain. Pada menit ke-20, barulah gawang Australia bergetar lewat sontekan Arjen Roben yang tak bisa dikendalikan Ryan, sang penjaga gawang.
Seakan tak ingin disepelekan di hadapan ribuan penggemarnya, The Socceroos, satu menit kemudian membayar gol mahalnya lewat tendangan 'Kung Fu' Tim Cahill atas umpan dari Davidson. Papan skor pun berubah 1-1.
Kini, bukan hanya ancaman, debar dan harapan yang berkelebat di tengah-tengah otak kedua tim, tetapi bagaimana mereka mampu mengendalikan emosi yang dibungkus dengan tak-tik jitu untuk bisa membuat gol sebanyak mungkin.
Babak pertama laga Australia vs Belanda kian memanas. Terlihat beberapa kali kedua tim tak lagi berpikir bagaimana bermain bagus. Sedikit aksi jegal menjegal antar pemain bukan hanya sekali, dua, tapi kerap saling menjatuhkan. Kartu kuning pun diangkat wasit untuk Cahill yang nakal melabrak Martin Indi.
Bagi Australia, bentrok melawan Belanda ini sama saja dengan memupuk asa. Harap-harap cemas tentu sudah membanjiri para pemain sejak awal. Maklum, pada laga pembukaan Grup B saat melawan Chili, The Socceroos harus pasrah menerima keadaan. Australia dihajar habis 3-1 oleh Chile.
Artinya, laga melawan Belanda ini sangat berarti untuk memenangkan tiket ke babak selanjutnya. Tapi apa daya, nasib berkata lain. Pertandingan sepak bola bukanlah hitung-hitungan matematika. Kenyataan lapangan sulit ditebak, meski oleh dukun canggih sekalipun.
Harapan kemenangan Australia pada babak kedua hanya dirasakan beberapa menit. Ya, memang, Australia sempat memperbesar kemenangan 2-1 pada menit ke-54 atas tendangan penalti yang dieksekusi Jedinak.
Tapi apa lacur, laga Asutralia vs Belanda ini sudah kadung dicap sebagai pertandingan 'jual beli gol'. Empat menit kemudian, tepatnya mada menit ke-58, Van Persie berhasil menyamakan kedudukan 2-2 atas umpan sang kawan sejati, Roben.
Publik sepak bola tentu menduga, atau bahkan yakin bahwa laga ini penuh dengan drama. Bola bukan hanya ditendang, umpan atau bermain indah di udara. Tapi suguhan kedua tim sangat menarik pandangan pecinta sepak bola dunia.
Serangan demi serangan kembali dibangun. Kadang peluang hadir di kedua tim. Meski beberapa kali kedua penjaga gawang patut diacungi jempol atas tugas beratnya menjaga jala agar tidak bergetar.
Namun, serangan yang dibangun Belanda membuahkan hasil. Pada menit ke-68, tendangan jarak jauh Memphis Depay tak bisa dibendung Ryan yang menyarang di sudut kanan gawang.
Mungkin inilah tanda-tanda yang tersirat untuk Australia agar segera bersiap angkat koper. Sinyal menyeimbangkan skor pada 30 menit akhir memang tampak terlihat. Tetapi hingga peluit babak kedua ditiup. Skor berakhir 3-2 untuk Belanda.
Louis van Gaal, Patrick Kluivert dan beberapa rombongan di 'gerbong' Belanda menyambut tiupan peluit akhir itu dengan penuh suka cita. Tapi tidak untuk Australia. Wajah-wajah mereka merunduk ke bawah rumput.
Tetapi untuk keseluruhan, Australia telah berhasil membuat repot dengan ‘membuldozer’ Belanda di setiap lini. Jika tidak berlebihan, The Socceroos mampu melawan Tim Oranje itu. Namuan memang tidak bisa ditutupi, Australia memang sudah kalah. Asa hilang. Satu laga menunggu datang.