Bisnis.com, JAKARTA – Pertandingan final Liga Champions antara Bayern Munchen dan Paris Saint-Germain (PSG) diperkirakan bakal berlangsung atraktif dan menegangkan .
Maklum kedua tim sama-sama acapkali menampilkan strategi menyerang sepanjang kompetisi musim ini. Agresivitas kedua tim setidaknya tercermin dari rekor pertandingan kedua tim
Berdasarkan data yang dihimpun dari UEFA.com, Bayern Munchen tercatat berhasil 42 kali membobol gawang lawan dan 8 kali kebobolan. Sementara itu PSG mencetak 25 gol ke gawang musuh dan kebobolan 5 gol.
Munchen memang dikenal agresif sepanjang musim ini. Selain menempatkan Robert Lewandowski sebagai ujung tombak yang haus gol, tim asal Jerman ini juga memiliki para pelari dengan skill mumpuni di kedua sayapnya.
Sebut saja Sergei Gnabry, Ivan Perisic, Josua Kimmich dan Alphonso Davies yang rajin menyisir kedua sayap. Kemampuan para pelari itu didukung oleh kecerdasan para pemain lain seperi Thomas Muller dan Thiago Alcantara.
Sementara itu di PSG, nama Kylian Mbappe dan Neymar sudah pasti menjadi daftar teratas pemain dengan kecepatan dan skill mumpuni di klub tersebut. Agresivitas kedua pemain itu ditopang oleh pemain lain yang juga punya kecepatan tinggi macam Angel Di Maria di lini tengah dan Kehrer serta Bernat di sisi bek sayap.
Baca Juga
Secara permainan, PSG memang lebih mengandalkan kemampuan individual tim. Tak heran jika aksi sprint dan dribble pemain tim asal Prancis itu lebih sering muncul di pertandingan.
Hal berbeda ditampilkan oleh Bayern Munchen. Kendati memiliki pemain bertipe sprinter, Munchen tak melulu mengandalkan skill individu pemain. Kombinasi dengan pemain yang mengandalkan penguasaan ruang dan posisi seperti Muller dan Thiago Alcantara, membuat pola serangan Munchen lebih variatif.
“Munchen dan Paris bertemu dalam duel calon peraih treble. Kedua tim memiliki bakat menyerang yang luar biasa, ini adalah pertandingan yang bisa ditentukan oleh tim yang bertahan dengan baik,” ujar salah satu kolumnis di UEFA.com, seperti dikutip pada Minggu (23/8/2020).
Dengan demikian, kemampuan menguasai pertandingan dan menampilkan aksi menyerang yang efektif akan bergantung pada kecerdasan dari masing-masing nakhoda yakni Thomas Tuchel di PSG dan Hans-Dieter Flick di Munchen.
Namun satu hal yang patut diwaspadai, Munchen pada kompetisi kali ini sudah berhasil meredam tim yang agresif dan memiliki skill mumpuni di pemain-pemainnya, yakni FC Barcelona. Dengan demikian, PSG perlu belajar bagaimana menghindari pola permainan layaknya tim asal Spanyol tersebut.