Bisnis.com, SURABAYA - Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi meminta Fatayat NU mendukung kebijakan pemerintah untuk mencari bibit dan mencetak olahragawati atau atlet wanita.
"Ke depan itu, Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games tahun 2018, saya minta Fatayat menyiapkan stok olahragawati," katanya saat berbicara di hadapan peserta Kongres Ke-15 Fatayat NU di Surabaya, Sabtu (19/9/2015) malam.
Ia menjelaskan ada beberapa cabang olahraga yang bisa diikuti wanita, termasuk olahraga yang mungkin kontroversi terkait aurat dan gender, seperti olahraga renang dan sepak bola.
"Kami sudah berbicara dengan Olympic Council of Asia (Dewan Olimpiade Asia) agar atlet renang muslimah bisa menggunakan kostum yang menutup aurat," kata mantan Ketua PKC PMII Jatim itu.
Ia menambahkan Indonesia termasuk negara negara yang minim wanita atlet. Sepak bola, misalnya, negara lain, termasuk beberapa negara berpenduduk Muslim, sudah memiliki pesepakbola wanita, namun Indonesia tidak punya.
"Karena itu, saya mengajak Fatayat bekerja sama untuk melahirkan olahragawati-olahragawati berkualitas. Fatayat bisa membuat program berkaitan dengan olahraga, misalnya pekan olahraga Fatayat dan sejenisnya. Nanti, kami akan bantu," katanya.
Masih Rendah
Dalam sesi lain, Menteri Ristek dan Dikti Muhammad Natsir menyatakan masih rendahnya pemberdayaan perempuan dan partisipasinya dalam kehidupan masyarakat.
"Saat ini, jumlah penduduk wanita Indonesia sekitar 127 juta, tapi kalau dilihat dari sisi kesempatan pemberdayaannya masih rendah," ucap mantan Rektor Universitas Diponegoro, Semarang, itu.
Ia menjelaskan indikator rendahnya pemberdayaan perempuan itu terbaca dari masih banyaknya jumlah wanita buta huruf, yang angkanya melebihi penduduk pria.
"Jumlah wanita buta huruf terbanyak pertama ada di NTB, lalu Jateng menjadi terbanyak kedua, dan Jatim menempati urutan keempat. Yang juga masih rendah adalah tingkat partisipasi wanita di parlemen yang hanya 18%," katanya.
Hal itu diakui Ketua Umum PP Fatayat NU demisioner Ida Fauziyah. Menurutnya, indeks partisipasi wanita Indonesia masih rendah, misalnya di parlemen hanya 18% dari 30% yang diharapkan.
"Problem utamanya adalah masih rendahnya pendidikan kaum hawa yang berpengaruh pada pembentukan mental wanita agar berada di posisi sama dengan laki-laki, karena itu pemberdayaan pendidikan jadi prioritas Fatayat," katanya.