Bisnis.com, JAKARTA - Perhelatan Piala Dunia rupanya tak identik dengan gegap gempita yang dirayakan semua negara. Pengalaman itu dirasakan benar oleh Presiden Direktur PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. Sutanto Hartono.
Mantan President Director Microsoft Indonesia itu memiliki pengalaman unik saat gelaran Piala Dunia 2010 berlangsung. Tim jagoannya, Spanyol berhasil menembus partai final menghadapi tim nasional Belanda.
Kala itu, dia sedang berada di Amerika Serikat. Tak mau ketinggalan, Sutanto berupaya keras mencari tempat umum yang menggelar acara nonton bareng (nobar). Sayangnya, tak ada satu pun tempat yang menyiarkan pertandingan final itu, baik mal, cafe, maupun tempat hiburan lain. “Di Amerika, sepak bola memang bukan olah raga yang populer. Tidak seperti di Indonesia yang terasa euforianya,” ujarnya.
Akhirnya Sutanto memilih menyaksikan pertandingan final melalui internet dan sama sekali tidak kecewa karena jagoannya, menjadi juara di ajang Piala Dunia yang berlangsung di Afrika Selatan tersebut.
Kali ini, tim Matador bukan menjadi pilihannya. Pria yang pernah menjadi Direktur Utama PT Rajawali Citra Televisi Indonesia pada 2003—2010 itu menjagokan tim Samba, Brasil.
Berbekal deretan pemain bintang dan kekuatan pemain ke-12 di bangku penonton, Brasil diyakini memenangkan Piala Dunia 2014.
Brasil terkenal banyak menelurkan pemain berbakat di klub raksasa, selain memiliki faktor sebagai tuan rumah. Sebaliknya, pemain-pemain dari Benua Eropa berpotensi mengalami kesulitan dengan cuaca panas di Amerika bagian selatan itu. “Brasil banyak pemain andal, diuntungkan pula karena faktor sebagai tuan rumah,” ungkapnya.
Meski demikian, lulusan University of Notre Dame itu mengaku tidak terlalu fanatik dengan sepak bola. Oleh karenanya, dia jarang memanfaatkan momentum Piala Dunia untuk sengaja menggelar nonton bareng atau bertaruh. “Karena saya ada di bisnis broadcasting, sesekali menghadiri acara nonton bareng, tapi tidak sering.”