Bisnis.com, JAKARTA - Grup B Piala Dunia FIFA 2014 kental dengan nuansa Afrika Selatan 2010, sesi kick off tak lebih dari mengulang penentuan gelar empat tahun silam. Juara bertahan Spanyol harus berhadapan dengan runner-up 2010, Belanda, dalam satu grup di mana ada Chile--yang juga pernah bentrok dengan pasukan Vicente del Bosque--, dan Australia.
Spanyol akan membuka pertandingan pertahanan gelar melawan dua tim yang mereka kalahkan di jalan menuju kemenangan di Afrika Selatan, dengan skuad berpemain kunci sama yang telah menikmati banyak keberhasilan sejak 2008.
Hambatan tangguh La Roja adalah Belanda yang lolos ke Brasil dengan gaya sempurna, dipelopori penyerang pencipta 11 gol Robin van Persie--tanpa perselisihan seorang figur pemimpin yang mengubah Oranje, Louis Van Gaal.
Chile finish ketiga dalam kualifikasi zona Amerika Selatan dan melangkah ke Brasil bersama generasi berbakat pemain Barcelona Alexis Sanchez dan Arturo Vidal yang bermain di Juventus.
Mengadopsi gaya bermain menyerang, pelatih mereka sekarang ini Jorge Sampaoli--yang menggantikan Claudio Borghi pada akhir 2012--, terus membangun warisan yang ditinggalkan oleh Marcelo Bielsa El Loco.
Sementara itu Australia, melangkah ke Brasil 2014 untuk keempat kalinya di Piala Dunia, dengan penampilan yang pasang surut, ditambah kedatangan pelatih baru Ange Postecoglou, the Socceroos sedang dalam fase transisi.
Pemain yang perlu diwaspadai: Xavi (Spanyol), Andres Iniesta (Spanyol), Xabi Alonso (Spanyol), Arjen Robben (Belanda), Robin van Persie (Belanda), Rafael van Der Vaart (Belanda), Arturo Vidal (Chile) Alexis Sanchez (Chile), Claudio Bravo (Chile), Tim Cahill (Australia), Lucas Neill (Australia).
Spanyol
Spanyol menuju Brasil sebagai juara bertahan. Tetap setia dengan gaya dan pemain yang mengantarnya mendominasi adegan global dan Eropa dalam 5 tahun terakhir.
Dalam kualifikasi di kelompok lima tim lima tim Eropa, Spanyol memimpin di atas Prancis berkat catatan enam kemenangan dan dua kali seri, kebobolan oleh Prancis dan Finlandia.
Mereka memimpin grup dengan hanya kebobolan tiga gol, lebih sedikit dari tim lain dalam babak kualifikasi. Bagaimanapun, Spanyol menikmati kampanye yang kurang produktif dengan hanya mencetak 14 gol.
Sebelum mengangkat tropi yang didambakan di Afrika Selatan 2010, Spanyol sering tersingkir di delapan besar putaran final, sampai-sampai mereka disebut sebagai pesakitan di "perempat final kutukan".
Brasil 2014 merupakan yang kesepuluh berturut-turut bagi La Seleccion ke putaran final dunia, dari 14 kali seluruh penampilannya. Kinerja terbaik La Roja sebelum Afrika Selatan 2010 adalah di Brasil 1950, merebut posisi keempat di belakang Uruguay, Brasil, dan Swedia.
Pemain kunci
Spanyol tidak punya keraguan di lini tengah dengan penampilan bakat-bakat seperti Xavi, Andres Iniesta, dan Xabi Alonso, yang menjadi bagian integral dari kesuksesan mereka meraih tropi utama.
La Seleccion kuat di seluruh lini dengan sederet penjaga gawang sangat handal seperti Iker Casillas, sementara Sergio Ramos dan Gerard Pique memimpin pertahanan dengan dukungan bek Jordi Alba.
Ramos dan Alba juga menjadi ancaman bagi gawang lawan karena terbukti beberapa kali berkontribusi mencetak gol, sama menentukannya dengan pemain-pemain di lini depan.
Dengan David Villa dan Fernando Torres berjuang menemukan sentuhan mereka, Pedro telah membedakan diri sebagai ujung tombak penyerangan, didukung Cesc Fabregas, sementara Alvaro Negredo mempunyai peran mencolok.
Pelatih: Vicente del Bosque
Peringkat FIFA: 1
Penampilan terbaik kompetisi FIFA: Piala Dunia 2010 Afrika Selatan (juara), Piala Dunia U-20 Nigeria 1999 (juara), Turnamen Sepakbola Olimpiade Barcelona 1992 (juara).
Mantan bintang: Luis Suaraz, Emilio Butragueno, Fernando Hierro.
Chile
Setelah memulai kampanye kualifikasi dengan memenangkan 12 poin dari 18 yang diperebutkan, termasuk kemenangan tandang di Bolivia dan Venezuela, Chile menelan tiga kekalahan berturut-turut di akhir kepemimpinan pelatih Claudio Borghi.
Rekan senegara Borghi dari Argentina, Jorge Sampaoli kemudian menggantikannya, meskipun penampilannya kemudian memburuk ketika tampil melawan Peru. Chile kemudian bangkit kembali dengan lima kemenangan dan sekali imbang dalam enam pertandingan berikutnya yang mengantar mereka ke putaran final Piala Dunia.
Di bawah asuhan Sampaoli, Chile berkembang menjadi tim yang sangat attack-minded, produktif dengan 29 gol selama kualifikasi, tapi juga sering kebobolan (25 kali)--terbanyak di antara tim-tim yang lolos otomatis dari benua lain--, dan hanya sekali imbang dalam 16 pertandingan kualifikasi.
Dengan delapan kali penampilannya di Piala Dunia, Chile setingkat dengan Paraguay di posisi keempat dalam daftar negara Amerika Selatan paling banyak tampil di turnamen ini. Kinerja terbaik mereka sampai saat ini adalah merebut tempat ketiga saat menjadi tuan rumah pada 1962.
Pada lima kesempatan lain mereka gagal lolos dari fase grup, sementara di Prancis 1998 dan Afrika Selatan 2010 mereka mencapai babak 16 besar, setelah dikalahkan Brasil pada kesempatan kedua.
Pemain kunci
Pemain depan Alexis Sanchez dan Eduardo Vargas, serta gelandang serang Matias Fernandez dan Arturo Vidal adalah orang-orang utama di skuad yang dikemas dengan bakat dan alternatif layak di setiap posisi.
Tidak boleh diabaikan, pemain berpengalaman seperti Claudio Bravo, Gary Medel, dan Jorge Valdivia, serta si rising stars seperti Jean Beausejour dan Marcelo Diaz juga memperkuat tim ini.
Pelatih: Jorge Sampaoli
Peringkat FIFA: 15
Penampilan terbaik kompetisi FIFA: Piala Dunia Chile 1962 (tempat ketiga), Piala Dunia U-17 Jepang 1993 (tempat ketiga, Piala Dunia U-20 Kanada 2007 (tempat ketiga), Turnamen Sepakbola Olimpiade Sydney 2000 (tempat ketiga).
Mantan bintang: Elias Figueroa, Ivan Zamorano, Marcelo Salas.
Belanda
Belanda melaju ke Brasil dengan catatan positif, meraih poin tertinggi dan 28 gol, terbanyak kedua zona Eropa setelah Jerman dengan 34 gol. Bermain imbang 2-2 dengan Estonia hanyalah cacat kecil dalam kampanyenya yang nyaris sempurna.
Menorehkan kemenangan nyaman atas tiga pesaing utamanya di Grup D, Turki, Rumania, dan Hungaria dalam empat pertandingan pembuka untuk lolos otomatis dari babak kualifikasi. Bahkan Hungaria dihabisinya dengan skor telak 8-1.
Menang 2-0 atas Andorra dalam pertandingan berikutnya telah mengantar tim Oranye, bersama Italia, menjadi tim pertama yang mengamankan tempat di Brasil 2014. Mereka mengakhiri babak kualifikasi dengan selisih 9 poin di atas Rumania, kesenjangan poin yang hanya bisa disamai oleh tetangganya, Belgia.
Dengan pelatih legendaris Rinus Michels menarik Johan Cruyff, Johan Neeskens, dan Co dari bangku cadangan, mereka memenangkan tempat final 1974 meski hanya untuk dikalahkan tuan rumah.
Empat tahun, revolusi total football Belanda telah kembali membawanya ke panggung dunia, tapi sejarah berulang saat mereka kalah lagi dengan tua rumah Argentina, menyerah 1-3 di Buenos Aires pada 1978.
Tim Oranye kemudian mengalami patah hari di final untuk ketiga kalinya di Johannesburg 2010, empat menit menjelang babak perpanjangan waktu berakhir, gol Andres Iniesta menghancurkan impian mereka.
Pemain kunci
Robin van Persie yang mencuat sebagai salah seorang striker terbaik dunia menjadi keuntungan bsar bagi Belanda, dimana pemain Manchester United itu di urutan teratas grafik pencetak skor dengan 11 gol.
Dia akan diperkuat dengan pemain-pemain seperti Jermaine Lens--yang berkembang menjadi bagian penting Oranye--dan Rafael van der Vaart. Arjen Robben terus menjadi ancaman di sayap, sementara Kevin Strootman dan Daryl Janmaat menjadi komponen kunci tim.
Pelatih: Louis Van Gaal
Peringkat FIFA: 11
Prestasi dalam kompetisi FIFA: Piala Dunia 1974 Jerman, Argentina 1978, Afrika Selatan 2010 (runner-up), Turnamen Sepakbola Olimpiade London 1908, Stockholm 1912, Antwerp 1920 (tempat ketiga), Piala Dunia U-17 Peru 2005 (tempat ketiga).
Mantan bintang: Johan Cruyff, Marco van Basten, Dennis Bergkamp.
Australia
Tidak seperti kisahnya menuju Afrika Selatan 2010, perjalanan Australia ke putaran final Brasil 2014 menemui sejumlah gelombang sehingga harus berjuang keras pada akhir kualifikasi.
Menang dari Thailand dan kalah dari Oman dalam pertandingan awal meskipun akhirnya berlanjut ke tahap berikutnya sebagai juara grup. Kemudian Australia membuka babak berikutnya dengan menyedihkan, main imbang lawan Oman dan Jepang sebelum dikalahkan Yordania 2-1.
Socceroos kemudian bangkit dengan kemenangan atas Irak sebelum dua kali seri dan mengalahkan Yordania 4-0 untuk menempatkan mereka di puncak kualifikasi. Dalam pertandingan terakhir melawan Irak, pemain pengganti Josh Kennedy mencetak gol untuk mengamankan perjalanan menuju Brasil.
Pelatih Holger Osieck dipecat pada Oktober 2013 setelah berturut-turut kalah 6-0 dari Brasil dan Prancis, hingga mantan pemain Brisbane Roar, Melbourne Victory, yang juga pelatih tim nasional yunior Ange Postecoglou ditunjuk sebagai penggantinya.
Australia bermain imbang 0-0 dengan Chile sebelum akhirnya terlempar dari Piala Dunia 1974 tanpa gol hanya untuk menunjukan penampilan perdananya. Socceroos kemudian tampil kembali di Jerman 2006 dan lolos ke babak 16 besar sebelum dijatuhkan Italia sang peraih juara.
Cerita di Jerman berlanjut ke Afrika Selatan 2010, Australia dikalahkan lagi oleh raksasa Eropa Italia dengan skor 4-0. Bermain imbang 1-1 dengan sepuluh pemain melawan Ghana dan menang 2-1 atas Serbia, Australia harus tereliminasi kerena selisih tiga gol dengan wakil Afrika itu.
Pemain kunci
Tim Cahill tetap bintang tim yang tak diragukan dan mempunyai rasio gol menakjubkan dari lini tengah serta heading yang luar biasa meskipun perawakannya sederhana. Lama menjabat kapten dan bek tengah, Lucas Neill, tetap menjadi andalan tim di lini pertahanan.
Gelandang Brett Holman juga sudah menunjukkan profilnya di Afrika Selatan 2010 dengan mencetak dua gol, penampilannya fleksibel dan permainan passing pendeknya mengesankan.
Pelatih: Ange Postecoglou
Peringkat FIFA: 63
Penampilan terbaik kompetisi FIFA: Piala Dunia Jerman 2006 (babak 16 besar), Piala Dunia U-17 Selandia Baru 1999 (runner-up).
Mantan bintang: Johnny Warren, Mark Viduka, Scott Chipperfield.